
Panas Iran Vs Australia soal Komunitas Yahudi, Teheran Merasa Difitnah

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Australia menegaskan keyakinannya bahwa Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) berada di balik serangkaian serangan antisemit di Sydney dan Melbourne, meskipun Teheran membantah tuduhan tersebut. Langkah keras ini disertai pengusiran Duta Besar Iran untuk Australia, Ahmad Sadeghi, yang menjadi dubes pertama diusir oleh Canberra sejak Perang Dunia II.
Menteri Dalam Negeri Tony Burke menyatakan bahwa bukti intelijen menunjukkan hubungan langsung antara IRGC dan pembakaran sinagoga Adass Israel di Melbourne serta restoran Lewis's Continental Kitchen di Sydney pada 2024.
"Kami memiliki informasi mengenai bagian spesifik dari mana serangan ini berasal. Itu dari IRGC ... tingkat keyakinannya sangat, sangat tinggi," kata Burke kepada ABC, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Rabu (27/8/2025).
Perdana Menteri Anthony Albanese mengungkapkan bahwa penyelidikan intelijen Australia melibatkan bukti elektronik, termasuk transaksi mata uang kripto dan pesan terenkripsi.
"Ini adalah keberhasilan intelijen luar biasa oleh Asio [badan intelijen Australia] dan kepolisian federal dalam dunia saat ini, di mana banyak hal dilakukan di dark web, dengan pesan terenkripsi dan transfer cryptocurrency," ujarnya dalam wawancara radio.
Menurut Albanese, aparat berhasil melacak "rantai komando" hingga ke Iran. Ia menegaskan operasi intelijen ini didominasi Australia, menepis spekulasi bahwa badan intelijen Israel, Mossad, terlibat.
"Intelijen ini adalah keberhasilan Australia. Tugas luar biasa oleh Asio dan AFP," katanya.
Direktur Jenderal Asio, Mike Burgess, menambahkan bahwa sejumlah warga lokal dibayar untuk melaksanakan serangan, meski tidak menyebut nama. Namun, ia menekankan bahwa diplomat Iran di Australia tidak terlibat langsung.
Albanese menegaskan pemerintahannya mendukung penuh lembaga keamanan nasional. "Saya pikir rakyat Australia bisa percaya pada badan keamanan kami, tahu bahwa mereka punya pemerintah yang mendukung mereka dan berkata: 'kekuasaan apa pun yang kalian butuhkan, akan kami berikan'," tegasnya.
Bulan lalu, pemerintah Partai Buruh menyatakan akan membuat permanen kewenangan Asio untuk melakukan interogasi wajib serta memperluas cakupan kejahatan yang termasuk dalam aturan tersebut. Perubahan itu akan mencakup sabotase, promosi kekerasan komunal, serangan terhadap sistem pertahanan, hingga ancaman serius terhadap keamanan perbatasan.
Koalisi oposisi mengecam pemerintah karena lambat melabeli IRGC sebagai organisasi teroris. Beberapa tokoh oposisi, termasuk Ted O'Brien, menyebut pemerintah "lemah" dan "lamban" menanggapi ancaman Iran.
Andrew Hastie, mantan ketua komite intelijen, mengaku sejak sebelum Pemilu 2022 sudah ingin IRGC dimasukkan ke daftar teror.
"Namun waktu itu ada pandangan berbeda di internal kabinet keamanan nasional. Dunia sudah berubah, dan kita berada di sini sekarang," ujarnya.
Pemerintah mengakui proses pelabelan IRGC sebagai kelompok teroris akan memakan waktu karena memerlukan perubahan dalam kode kriminal, mengingat IRGC adalah bagian resmi dari pemerintah asing.
Sementara itu, Burke menegaskan pemerintah tidak ragu atas temuan lembaga keamanan. "Tidak ada jeda sejak kami menerima penilaian ini sampai kami mulai menyusun langkah respons," katanya.
Ia menambahkan, "Ada kerja analisis yang sangat besar dan ketat dalam setiap penilaian Asio. Mereka tidak dibuat dengan enteng dan tidak diumumkan ke publik kecuali ada keyakinan yang sangat tinggi atas fakta-fakta yang disampaikan."
Di sisi lain, pemerintah Iran membantah keras tuduhan ini. Menteri Luar Negeri Seyed Abbas Araghchi menyatakan, "Bagi Iran menyerang komunitas Yahudi di Australia sama sekali tidak masuk akal," sambil menuding Canberra berusaha "menyenangkan Israel."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, memperingatkan akan ada "reaksi timbal balik" atas pengusiran diplomat Iran dari Canberra.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Serang Iran, Komandan Pasukan Garda Revolusi Islam Diduga Tewas
