
RI Jadi Penguasa Nikel, Dunia Mulai Ketar-Ketir!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini nyata menjadi "penguasa" nikel dunia. Pasalnya, lebih dari 60% pasokan nikel dunia berasal dari Indonesia. Akibatnya, banyak yang merasa "terganggu" dan akhirnya memunculkan banyak kampanye negatif atas keberadaan tambang nikel Indonesia.
CEO Eramet Indonesia Jerome Baudelet menyebut, melejitnya pasokan nikel dari Indonesia tak ayal membuat tambang nikel di sejumlah negara tak mampu bersaing dengan Indonesia. Lonjakan pasokan nikel dari Indonesia membuat harga nikel di pasar menurun. Akibatnya, penambang yang berbiaya tinggi tidak mampu bersaing dengan Indonesia dan akhirnya tutup.
Dia menyebut, ada sekitar 500.000 ton kapasitas tambang nikel di sejumlah negara yang harus tutup akibat berlebihnya pasokan nikel di dunia dalam 2-3 tahun terakhir ini.
"Banyak kapasitas (produksi nikel) di luar Indonesia terpaksa ditutup. Beberapa di antaranya berada di dunia Barat. Kita berbicara tentang penutupan 500 ribu ton karena situasi kelebihan pasokan ini selama 2-3 tahun terakhir," ucapnya di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Pihaknya mencatat, terdapat peningkatan signifikan pasokan nikel asal Indonesia di pasar global, dari yang semula "hanya" menyumbang 8% pasokan nikel dunia, kini telah melonjak menjadi lebih dari 60%.
"Indonesia berubah dari 8% produksi dunia menjadi lebih dari 60% produksi, itu memiliki efek yang menakutkan," tambahnya.
Perlu diketahui, Eramet memperkirakan produksi bijih nikel dari tambang di Weda Bay, Maluku Utara, pada tahun ini bisa mencapai 42 juta ton, naik dari perkiraan awal "hanya" sebesar 32 juta ton. Hal ini sudah disetujui Kementerian ESDM dalam revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025.
"32 (juta ton), tapi baru-baru ini kami mendapat perpanjangan dari Kementerian ESDM sebesar 10 juta ton lagi. Jadi, produksi yang diharapkan untuk tahun ini seharusnya sekitar 42 juta (ton)," imbuhnya.
Detailnya, sebanyak 30 juta ton bijih nikel yang dihasilkan merupakan bijih nikel kadar tinggi atau saprolit, yang mana 27 juta ton di antaranya akan dikirimkan untuk fasilitas pemrosesan dan pemurnian (smelter) nikel jenis Nickel Pig Iron (NPI) di Indonesia, dan 3 juta ton untuk smelter milik Eramet.
Sedangkan sisanya, sebanyak 12 juta ton merupakan bijih nikel kadar rendah atau limonit yang akan disuplai ke smelter jenis High Pressure Acid Leach (HPAL).
"Dan RKAB baru yang kami dapatkan adalah untuk limonit. Ini untuk memasok pabrik HPAL di Weda Bay," tambahnya.
Sedangkan untuk tahun depan, Jerome mengungkapkan target produksi nikel perusahaan di Weda Bay sama seperti tahun ini yakni 42 juta ton.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Penambangan Nikel di Wilayah Raja Ampat