
Pecinta Cokelat Siap-Siap Menangis, Kakao Masih Mahal di 2026

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggemar cokelat harus menghadapi kenaikan harga lagi tahun depan, meski harga kakao global mulai turun dari rekor tertingginya. Para analis menilai penurunan harga bahan baku belum akan segera terasa di ritel.
Dalam beberapa tahun terakhir, harga kakao melonjak tajam akibat cuaca buruk, serangan hama, dan ketatnya pasokan di Afrika Barat, wilayah yang menyumbang sekitar tiga perempat pasokan dunia. Kondisi ini diperparah dengan inflasi ritel global yang mendorong harga makanan ringan, termasuk coklat, naik lebih tinggi.
Survei Which? di Inggris menunjukkan produk coklat mencatat inflasi tertinggi di supermarket pada 2024, yakni 11% per tahun. Di Amerika Serikat, harga Hershey's Kisses juga naik sekitar 12% secara tahunan.
CEO raksasa coklat Swiss Lindt & Sprüngli, Adalbert Lechner bahkan menyebut harga kakao tidak akan pernah kembali ke level rendah sebelumnya. "Harga kakao tidak akan turun ke titik lama," katanya dikutip dari CNBC International, Sabtu (23/8/2025).
Data menunjukkan harga berjangka kakao turun dari US$8.177 per ton metrik di awal Januari 2025 menjadi sekitar US$7.855 pada Agustus. Meski demikian, harga itu masih jauh lebih tinggi dibanding tiga tahun lalu yang hanya US$2.374 per ton.
Menurut ahli strategi komoditas pertanian di J.P. Morgan, Tracey Allen penurunan tersebut belum akan terasa bagi konsumen. Ia bilang, ada efek tertunda yang membuat industri masih harus bergulat dengan harga kakao tinggi sejak kuartal IV-2024. "Defisit pasokan masih berlanjut, sehingga harga tinggi bertahan lebih lama," ujarnya.
Lydia Toth dari asosiasi produsen coklat Swiss Chocosuisse menambahkan, lonjakan harga kakao hingga empat kali lipat dalam dua tahun terakhir menekan margin produsen, baik skala kecil maupun besar. "Sebagian kenaikan biaya memang sudah dialihkan ke konsumen, tetapi penyesuaian harga lebih lanjut masih mungkin terjadi. Kembali ke harga lama tampaknya sulit," jelasnya.
Meski begitu, secercah harapan mungkin muncul pada musim Paskah mendatang. Analisis J.P. Morgan memprediksi pasokan akan membaik dengan cuaca yang lebih mendukung serta panen baru di Ekuador dan Brasil, meski harga kakao secara struktural diperkirakan tetap tinggi di kisaran US$6.000 per ton.
Ekonom iklim dan komoditas di Capital Economics, Hamad Hussain juga bilang, masalah produktivitas jangka panjang di Pantai Gading dan Ghana (dua produsen kakao terbesar dunia) membuat pasokan global tetap ketat. "Harga kakao akan bertahan di level historis yang tinggi, dan itu berarti harga coklat juga ikut mahal," katanya.
Selain faktor pasokan, beban tambahan seperti kenaikan upah minimum di Inggris hingga tarif perdagangan di AS juga berpotensi mendorong harga coklat makin melambung. Menurut Hussain konsumen masih harus menghadapi harga coklat yang mahal untuk beberapa waktu ke depan.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Picu Inflasi Maret 2025, Harga Cabai Hari Ini Turun Rp11.000
