CNBC Insight

Disebut Prabowo Terkaya, Segini Keuntungan Belanda Saat Jajah RI

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
16 August 2025 13:00
Kembalinya Ekspedisi ke Asia Jilid II dari Jacob van Neck (Lukisan Cornelis Vroom/Wikimedia Commons)
Foto: Kembalinya Ekspedisi ke Asia Jilid II dari Jacob van Neck (Lukisan Cornelis Vroom/Wikimedia Commons)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto mengingatkan kembali masa ketika Belanda pernah menjadi salah satu negara terkaya di dunia berkat penjajahan di Indonesia. Hal itu ia sampaikan saat membacakan pidato RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan di Gedung MPR, Senayan, Jumat (15/8/2025).

"Research dari Universitas Oxford menceritakan kepada kita bahwa mereka, Belanda yang memegang dan menduduki Indonesia, selama mereka duduki Indonesia, Nusantara GDP per kapita mereka tertinggi di dunia," kata Prabowo.

Meski tidak ada catatan tunggal yang benar-benar mencakup seluruh perhitungan keuntungan Belanda dari Nusantara, sejumlah periode sejarah memberi gambaran betapa besar kekayaan yang mereka raih.

Jejak kekayaan itu bisa ditelusuri sejak awal abad ke-17. Pada 1603, Belanda melalui VOC membangun kantor dagang pertama di Banten. Dua tahun kemudian, Portugis menyerahkan Ambon, yang lalu menjelma menjadi pusat perdagangan VOC.

Menjelang pertengahan abad ke-17, VOC tumbuh menjadi raksasa dagang dengan pusat di Batavia. Perusahaan punya 150 kapal niaga, 40 kapal perang, 50 ribu pegawai, dan 10 ribu tentara. Mereka bahkan menjadi pionir penerbitan saham di dunia dengan dividen tahunan mencapai 40 persen.

Semua ini tentu menggambarkan seberapa banyak uang VOC hasil mengeruk bumi Indonesia. 

Data Visual Capitalist (2017) menyebut nilai VOC pada 1637 mencapai 78 juta gulden atau setara sekitar USD 7,9 triliun saat ini. Ini jauh melampaui kapitalisasi perusahaan teknologi raksasa seperti Apple atau Amazon. 

Meski begitu, pendapat lain diutarakan sejarawan Lodewijk Petram. Di situs resminya, dia menyebut kekayaan VOC hanya US$1 triliun. Sekalipun lebih kecil, nominal tersebut cukup besar pada abad ke-17.

Sayang, VOC sebagai perusahaan terkaya dunia berakhir pada 1799. Sejarah mencatat, VOC bangkrut gara-gara korupsi dan terlilit utang. Setelahnya, Indonesia berada langsung di bawah koloni Belanda yang kemudian bebas mengeruk keuntungan dari bumi Indonesia.

Ambil contoh pada 1864-1938. Kala itu, Belanda memiliki perkebunan tembakau di Deli, Sumatera Utara. Menurut catatan sejarawan H.M Vlekke dalam Nusantara (1943) penjualannya mencapai 2,77 miliar atau setara US$40 miliar pada masa ini. 

Atas dasar ini tak heran Belanda bisa membangun banyak, terutama terkait bendungan untuk mengatasi banjir. Namun,  kemakmuran itu dibangun di atas sistem kolonial yang penuh penindasan.

Ribuan warga lokal dipaksa bekerja di bawah pengawasan ketat dengan perlakuan keras. Bahkan, dahulu di Banda, Belanda membantai ribuan warga lokal hanya demi merebut lada. 

Pada akhirnya, kolonialisme Belanda di Nusantara meninggalkan jejak cukup jelas, yakni kekayaan luar biasa di satu pihak, tetapi juga penindasan dan penderitaan panjang di pihak lain.


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Serangan Penusukan Massal di Amsterdam Belanda, Lima Terluka

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular