
Update Baru Mimpi Gila Netanyahu "Israel Raya", Ratusan Tewas 24 Jam

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Israel menggempur kota Gaza, di Jalur Gaza, Palestina, Rabu waktu setempat. Ini menjadi update terbaru, sebelum rencana pengambilalihan total Gaza dilakukan demi ambisi Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu membuat "Israel Raya".
Mengutip Reuters, Kamis (14/8/2025), Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 123 orang tewas dalam 24 jam terakhir. Ini merupakan yang terburuk dalam serangkaian serangan seminggu, dan menambah jumlah korban jiwa yang sangat besar akibat perang yang berlangsung hampir dua tahun tersebut.
Sebelumnya Netanyahu menegaskan kembali sebuah gagasan, yang juga digaungkan dengan antusias oleh Presiden AS Donald Trump, bahwa warga Palestina harus pergi begitu saja. Ia menegaskan sedang menjalankan misi bersejarah dan spiritual, untuk memperluas wilayahnya dengan visi "Greater Israe"l atau Israel Raya.
"Mereka tidak akan diusir, mereka akan diizinkan keluar," katanya kepada saluran televisi Israel i24NEWS.
"Semua orang yang peduli terhadap Palestina dan mengatakan ingin membantu Palestina harus membuka pintu gerbang mereka dan berhenti menguliahi kami," tambahnya.
Orang-orang Arab dan banyak pemimpin dunia terkejut dengan gagasan penggusuran penduduk Gaza. Palestina diyakini akan kembali mengalami massa kelam seperti "Peristiwa Nakba", ketika ratusan ribu orang melarikan diri atau dipaksa keluar selama perang tahun 1948.
"Pesawat dan tank Israel membombardir wilayah timur Kota Gaza dengan hebat," kata penduduk, dengan banyak rumah hancur di lingkungan Zeitoun dan Shejaia semalaman.
"Rumah Sakit Al-Ahli mengatakan 12 orang tewas dalam serangan udara di sebuah rumah di Zeitoun. Tank-tank juga menghancurkan beberapa rumah di timur Khan Younis di Gaza selatan, sementara di pusat kota, tembakan Israel menewaskan sembilan pencari bantuan dalam dua insiden terpisah," kata petugas medis Palestina.
"Delapan orang lagi, termasuk tiga anak-anak, meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi di Gaza dalam 24 jam terakhir," ujar kementerian kesehatan wilayah tersebut.
Sementara itu hari ini, pertemuan kembali akan dilakukan negosiator Hamas, Khalil Al-Hayya, dengan para pejabat Mesir di Kairo. Fokus pembicaraan adalah penghentian perang, penyaluran bantuan, dan "mengakhiri penderitaan rakyat kami di Gaza.
Sumber keamanan Mesir mengatakan perundingan tersebut juga akan membahas kemungkinan gencatan senjata komprehensif yang akan membuat Hamas melepaskan kendali di Gaza dan menyerahkan persenjataannya. Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu terbuka terhadap semua usulan jika Israel mengakhiri perang dan menarik diri.
"Meletakkan senjata sebelum pendudukan dihentikan adalah hal yang mustahil," kata pejabat tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang. Serangan dilakukan sebagai balasan atas penjajahan dan diskriminasi yang dilakukan Israel, terutama karena serangan ke Masjid Al-aqsa awal 2023.
Serangan Israel terhadap Hamas di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina. Saat serangan dilangsungkan, Netanyahu di dalam negeri menghadapi demo besar warga untuk mundur karena kasus korupsinya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Netanyahu Ngamuk ke Macron, Balas 'Caci-Maki' Prancis ke Israel
