Internasional

Breaking: Bank Sentral Australia Pangkas Suku ke Level Terendah

sef, CNBC Indonesia
12 August 2025 14:00
Bank Sentral Australia Tahan Suku Bunga Acuan  (CNBC Indonesia TV)
Foto: Bank Sentral Australia (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia, RBA, memangkas suku bunga acuannya ke level terendah dalam dua tahun terakhir sejak April 2023, Selasa (12/8/2025). Dalam pengumumannya, suku bunga acuan diturunkan sebesar 25 basis poin menjadi 3,60%, sesuai dengan perlambatan inflasi.

Meski begitu, otoritas moneter itu tetap memperingatkan tantangan global akan terus menghadang perekonomian ke depan. Hal ini akan menyebabkan ketidakpastian ekonomi.

"Ketidakpastian dalam ekonomi dunia tetap tinggi," kata dewan kebijakan moneter bank tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

Perkembangan kebijakan perdagangan, terutama perang tarif Amerika Serikat (AS), diperkirakan akan memiliki dampak buruk pada aktivitas ekonomi global. Tapi, tetap ada sedikit kejelasan tentang cakupan dan skala tarif, termasuk respons kebijakan di negara lain, yang membuat kemungkinan ekstrem dapat dihindari.

"RBA mencatat bahwa kebijakan moneter berada pada posisi yang tepat untuk merespons perkembangan global," tambah lembaga itu, sebagaimana dimuat Trading Economics.

"RBA juga memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan pulih seiring dengan peningkatan pendapatan riil, meskipun permintaan yang lemah di beberapa sektor membatasi kemampuan perusahaan untuk meneruskan biaya, sehingga menimbulkan risiko bagi momentum. Para pembuat kebijakan menekankan bahwa mereka akan tetap berbasis data, memantau permintaan, inflasi, pasar tenaga kerja, dan kondisi keuangan untuk memandu langkah-langkah selanjutnya," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers mengatakan pertahanan terbaik terhadap volatilitas global adalah ekonomi yang lebih produktif. Ia juga menyinggung anggaran yang lebih kuat dan ketahanan yang lebih baik".

"Ketidakpastian dan volatilitas ekonomi merupakan ciri-ciri yang menonjol dan menentukan prospek di seluruh dunia, tetapi semua kemajuan yang telah kita capai bersama memberikan kita manfaat yang baik," ujarnya.

Perlu diketahui, meskipun inflasi telah mereda sejak puncaknya di angka 7,8% pada Desember 2022, banyak rumah tangga Australia masih terbebani oleh tingginya biaya. Khususnya makanan, bahan bakar, dan perumahan.

Meski begitu, otoritas moneter itu tetap memperingatkan tantangan global akan terus menghadang perekonomian ke depan. Hal ini akan menyebabkan ketidakpastian ekonomi.

"Ketidakpastian dalam ekonomi dunia tetap tinggi," kata dewan kebijakan moneter bank tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

Perkembangan kebijakan perdagangan, terutama perang tarif Amerika Serikat (AS), diperkirakan akan memiliki dampak buruk pada aktivitas ekonomi global. Tapi, tetap ada sedikit kejelasan tentang cakupan dan skala tarif, termasuk respons kebijakan di negara lain, yang membuat kemungkinan ekstrem dapat dihindari.

"RBA mencatat bahwa kebijakan moneter berada pada posisi yang tepat untuk merespons perkembangan global," tambah lembaga itu, sebagaimana dimuat Trading Economics.

"RBA juga memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan pulih seiring dengan peningkatan pendapatan riil, meskipun permintaan yang lemah di beberapa sektor membatasi kemampuan perusahaan untuk meneruskan biaya, sehingga menimbulkan risiko bagi momentum. Para pembuat kebijakan menekankan bahwa mereka akan tetap berbasis data, memantau permintaan, inflasi, pasar tenaga kerja, dan kondisi keuangan untuk memandu langkah-langkah selanjutnya," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers mengatakan pertahanan terbaik terhadap volatilitas global adalah ekonomi yang lebih produktif. Ia juga menyinggung anggaran yang lebih kuat dan ketahanan yang lebih baik".

"Ketidakpastian dan volatilitas ekonomi merupakan ciri-ciri yang menonjol dan menentukan prospek di seluruh dunia, tetapi semua kemajuan yang telah kita capai bersama memberikan kita manfaat yang baik," ujarnya.

Perlu diketahui, meskipun inflasi telah mereda sejak puncaknya di angka 7,8% pada Desember 2022, banyak rumah tangga Australia masih terbebani oleh tingginya biaya. Khususnya makanan, bahan bakar, dan perumahan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Ini Naikkan Suku Bunga sampai 14,25%, Tertinggi Selama 9 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular