Banyak 'Rojali' di RI, UMKM Ini Andalkan Ekspor ke Jepang-Zimbabwe

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
07 August 2025 18:25
UMKM Galeri Ulos dari Medan Sumatera Utara di acara Karya Kreatif Indonesia, Bank Indonesia, Kamis (7/8/2025). (CNBC Indonesia/Zahwa Madjid)
Foto: UMKM Galeri Ulos dari Medan Sumatera Utara di acara Karya Kreatif Indonesia, Bank Indonesia, Kamis (7/8/2025). (CNBC Indonesia/Zahwa Madjid)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah maraknya fenomena rojali (rombongan jarang beli) dan rohana (rombongan hanya nanya), Galeri Ulos Sianipar, UMKM asal Sumatera Utara memilih untuk tidak hanya mengandalkan pasar lokal.

Sales Galeri Ulos Sianipar Nelly menjelaskan walaupun penjualan toko fisik masih mencatatkan keuntungan, namun UMKM yang menjual berbagai ulos, songket, dan pakaian jadi dengan motif khas Sumatera Utara ini mulai melirik pasar ekspor untuk meningkatkan penjualan.

"Jadi kadang kalau di antara offline dan online, itu kita lebih banyak itu di offline. Karena kan sebagian besar kita udah tau produk kita. Satu hari bisa mencapai Rp 20 juta dengan menjual 40-80 produk," ujar Nelly kepada CNBC Indonesia, Kamis (7/8/2025).

Galeri Ulos Sianipar yang sudah berdiri sejak 1992 ini telah melakukan ekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Singapura, hingga Zimbabwe. Menurutnya, ekspor menjadi solusi mengatasi pasar domestik yang semakin kompetitif.

"Bisa sampai 20 item, tapi beda-beda ya dan itu campur, ada kain, ada souvenir, ada songket, kemudian ukiran-ukiran batak juga itu termasuk," ujarnya.

Nelly menjelaskan, masing-masing negara tujuan ekspor memiliki preferensi produk yang berbeda. Sebagai contoh, konsumen yang berasal dari Jepang cenderung memilih produk turunan seperti pouch, tas, hingga syal. Sementara pembeli dari Jerman lebih menyukai kain ulos dan produk wastra.

Untuk mempertahankan pasar dari luar negeri, UMKM asal Medan ini memastikan semua produknya selalu tersedia untuk dikirimkan kapan saja dibutuhkan. "Kita langsung ke Bank Indonesia untuk pengiriman, ada yang langsung proses ke mereka atau kita ke pihak kedua," ujarnya.

Dalam menjaga pasar lokal, Galeri Ulos Sianipar mengandalkan kombinasi penjualan secara daring maupun luring. Menurut Nelly, sejauh ini penjualan secara luring masih lebih besar dibandingkan penjualan secara daring.

Pasalnya, banyak pelanggan setia yang memilih untuk belanja secara langsung. Sementara secara daring atau melalui marketplace UMKM tersebut harus memperkenalkan kembali produk yang ditawarkan.

"Kalau di antara offline dan online, itu kita lebih banyak itu di offline. Karena kan sebagian besar kita udah tau produk kita itu. Nah kalau yang di online, kita kan harus perkenalkan lagi. Kecuali memang customer yang sudah sering beli produk kita," ujarnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mendag Beberkan Jurus UMKM RI Makin Cuan-Omzet Meroket

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular