
Siaga Perang Baru di Arab, Pemimpin Ini Ancam Rudal Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon kembali meningkat tajam. Pemimpin Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, secara terbuka mengancam akan meluncurkan rudal ke wilayah Israel jika negara itu melanjutkan serangan militernya ke Lebanon.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (5/8/2025), Qassem memperingatkan bahwa setiap agresi besar-besaran dari Israel akan dibalas dengan kekuatan penuh.
"Pertahanan ini akan menyebabkan rudal jatuh ke dalam entitas Israel, dan semua keamanan yang telah mereka bangun selama delapan bulan akan runtuh dalam waktu satu jam," ujar Qassem, seperti dikutip Al Arabiya pada Rabu (6/7/2025).
Ancaman ini muncul di tengah pertemuan kabinet Lebanon yang membahas masa depan persenjataan Hizbullah, di bawah tekanan dari Amerika Serikat (AS).
Washington terus mendorong pemerintah Lebanon untuk segera melucuti kelompok bersenjata yang didukung Iran tersebut. Sebagai gantinya, AS menawarkan penghentian serangan Israel, penarikan pasukan dari lima titik di Lebanon selatan, serta bantuan rekonstruksi.
Namun, Qassem menolak tegas tekanan tersebut. Ia menyatakan bahwa diskusi soal pelucutan senjata tak akan dimulai sebelum Israel menghentikan seluruh agresinya di wilayah Lebanon.
"Selesaikan dulu masalah agresi (Israel), lalu kita akan membahas masalah persenjataan," katanya. "Saya harap Anda tidak membuang-buang waktu pada badai yang dipicu oleh perintah eksternal."
Qassem juga untuk pertama kalinya mengungkap jumlah korban dari perang sebelumnya, yang sempat mereda usai gencatan senjata yang ditengahi AS pada November lalu. Menurutnya, sekitar 5.000 pejuang Hizbullah tewas dan 13.000 lainnya terluka. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa kelompoknya tetap kuat dan siap berperang jika diperlukan.
"Para pejuang kami siap melakukan pengorbanan terberat," ujarnya.
Tak lama setelah pidato Qassem, puluhan pendukung Hizbullah terlihat berkonvoi di Beirut selatan, membawa bendera kuning khas kelompok itu. Konvoi tersebut menandai unjuk kekuatan Hizbullah di tengah meningkatnya spekulasi bahwa konflik bersenjata skala besar bisa kembali pecah kapan saja.
Negosiasi antara Washington dan Beirut yang dimulai sejak Juni belum menunjukkan kemajuan berarti. Kesabaran AS disebut mulai menipis. Tekanan terhadap para pejabat Lebanon pun meningkat agar segera membuat komitmen terbuka demi melanjutkan proses perundingan damai.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Tiba-Tiba Luncurkan 3 Roket ke Lebanon
