Kwik Kian Gie Pernah Hidup Susah, Jadi Korban Perampokan-Jualan Rokok

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
03 August 2025 18:01
Kwik Kian Gie. (Dok. Detikcom/Ari Saputra)
Foto: Kwik Kian Gie. (Dok. Detikcom/Ari Saputra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai nafas terakhirnya, Senin 28 Juli 2025, nama Kwik Kian Gie harum sebagai salah satu ekonom ternama di Indonesia. Dia aktif memberikan masukan terkait ekonomi ketika menjadi birokrat dan akademisi.

Tak banyak orang tahu, di luar perjalanannya sebagai ekonom, kehidupan Kwik ternyata pernah jungkir balik. Ini terjadi ketika dia muda sekitar tahun 1942. 

Kwik muda berasal dari keluarga kaya raya. Bapaknya, Kwik Hway Gwan adalah pengusaha tekstil di Juwana, Pati. Namun, saat tentara Jepang datang semuanya berubah.

Keluarga Kwik yang merupakan bagian dari perkumpulan amal untuk membantu China di Perang Dunia II (1939-1945) disikat oleh tentara Jepang. Bisnisnya dan harta bendanya habis.

Kakak Kwik, Januar Darmawan, dalam Profit and Beyond: Proses Mencetak Para Wirausahawan (2019) menceritakan, harta benda itu habis dirampok dan dijarah orang-orang tak dikenal. Ini terjadi ketika keluarga Kwik mengungsi saat kedatangan Jepang. Januar Darmawan sendiri kelak menjadi pengusaha ternama di Indonesia. 

Usai dirampok, Kwik muda harus mengungsi lagi ke daerah yang benar-benar sepi. Kala itu, dia belum menginjak usia 10 tahun. Namun, dia kembali dirundung malang. Dalam memoar berjudul Menelusuri Zaman: Memoar dan Catatan Kritis (2017), Kwik bercerita di tengah jalan dia didatangi gerombolan perampok. 

Mereka mengambil seluruh barang milik keluarga Kwik. 

"Setelah semua barang dan makanan kami ludes, mereka meninggalkan kami,' tutur Kwik.

Kejadian ini membuatnya kembali ke Juwana. Untungnya, di sana masih ada pabrik rokok milik kakek yang masih utuh. Dari sinilah, Kwik dan kakak-kakaknya membantu berjualan rokok.

"Biasanya jualan di stasiun kereta," kenang Kwik.

Meski begitu, Kwik kembali dirundung malang. Ketika ekonomi keluarga mulai bangkit, dia harus melihat kenyataan kalau ayahnya ditahan tentara Jepang. Ayahnya dianggap anti-Jepang karena mendukung organisasi China.

Alhasil, Kwik harus banting tulang bersama ibu mencari uang. Kala itu, ibu Kwik harus mencari uang untuk menghidupi 10 anak. Satu-satunya cara yang mudah dan cepat adalah berjualan permen dan kacang goreng seharian.

Sementara Kwik dan saudara-saudaranya ikut banting tulang lewat bekerja ke tentara Jepang yang mencari biji jarak. Di era perang, biji jarak dipakai untuk bahan bakar alat-alat tempur. 

Situasi mulai kembali normal ketika Indonesia merdeka. Setelah 1945, Kwik menetap di Semarang. Di kota inilah dia dan kakak-kakaknya tinggal hingga masa SMA. Setelah SMA, dia dan keluarganya berpencar karena sekolah di berbagai perguruan tinggi.

Kwik sendiri berkuliah di Universitas Indonesia dan melanjutkan studi ekonomi di Rotterdam, Belanda. Di Belanda, dia satu almamater dengan proklamator Mohammad Hatta dan ayahanda Prabowo, yakni Sumitro. 


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Kabar Duka, Kwik Kian Gie Meninggal Dunia di Usia 90 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular