Internasional

Hizbullah Tolak Lucuti Senjata, Sebut Akal-akalan AS & Israel

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
31 July 2025 20:10
Naim Qassem. (Dok Reuters)
Foto: Naim Qassem. (Dok Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem, secara tegas menolak seruan internasional untuk melucuti senjata kelompok bersenjata pro-Iran tersebut.

Dalam pidato televisi pada Rabu (30/7/2025), Qassem menyebut desakan perlucutan hanya akan menguntungkan Israel di tengah meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat (AS) terhadap Lebanon.

"Mereka yang menyerukan penyerahan senjata pada dasarnya menuntut penyerahannya kepada Israel. Kami tidak akan tunduk kepada Israel," kata Qassem dalam pidatonya, seperti dikutip Reuters pada Kamis (31/7/2025).

Pernyataan ini muncul saat Hizbullah menghadapi tekanan berat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, setelah perang besar dengan Israel tahun lalu yang menyebabkan kerugian signifikan. Ribuan kombatan tewas, banyak pendukungnya mengungsi, dan sebagian besar infrastruktur kelompok itu hancur.

Menurut laporan Reuters yang mengutip lima sumber diplomatik, Washington mendesak Beirut untuk membuat keputusan kabinet resmi yang menyatakan komitmen pelucutan senjata Hizbullah sebelum negosiasi penghentian operasi militer Israel di Lebanon bisa dilanjutkan.

Namun, Hizbullah secara terbuka menolak desakan tersebut. Meski ada kabar kelompok itu secara internal mempertimbangkan pengurangan persenjataan, tidak ada niat menyerahkan senjata sepenuhnya.

"Mereka yang menyerukan perlucutan senjata di tingkat domestik, global, atau Arab sedang melayani proyek Israel," ujar Qassem lagi.

Ia juga menuduh utusan khusus AS, Amos Hochstein, menyerukan penghapusan rudal dan drone Hizbullah semata demi kepentingan Israel, bukan untuk keamanan Lebanon.

"Israel tidak akan mampu mengalahkan kami dan tidak akan mampu menyandera Lebanon," tambahnya menegaskan.

Pada awal Juli, Hochstein dikabarkan telah bertemu pejabat Lebanon di Beirut untuk membahas proposal perlucutan senjata. Skema tersebut mencakup pelucutan total Hizbullah dalam empat bulan sebagai imbalan atas penarikan pasukan Israel dari wilayah-wilayah di Lebanon selatan yang masih mereka duduki, serta penghentian serangan udara.

Hizbullah, yang berakar sebagai kelompok perlawanan terhadap pendudukan Israel di masa lalu, telah menjadi kekuatan militer non-negara paling kuat di Lebanon. Namun, kehadirannya kini semakin menjadi sumber ketegangan politik dan ancaman keamanan regional.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Tiba-Tiba Luncurkan 3 Roket ke Lebanon

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular