Internasional

Gila! Trump Ngamuk, Negara Ini 'Dibom' Tarif 50% & 'Ditembak' Sanksi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
31 July 2025 07:10
Presiden AS Donald Trump memberi isyarat, pada hari ia diharapkan menandatangani undang-undang pengeluaran dan pajak yang luas, yang dikenal sebagai
Foto: Presiden AS Donald Trump memberi isyarat, pada hari ia diharapkan menandatangani undang-undang pengeluaran dan pajak yang luas, yang dikenal sebagai

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan tindakan keras kepada negara lain. Kali ini, negara yang terkena lemparan dari Trump adalah Brasil.

Pada Rabu (30/7/2025), Trump mengenakan tarif 50% pada sebagian besar barang Brasil per 6 Agustus mendatang untuk melawan apa yang disebutnya "perburuan penyihir" terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro. Diketahui, Bolsonaro, yang juga teman dekat Trump, didakwa atas tudingan menyiapkan kudeta.

"Langkah ini terhubung dengan penuntutan Brasil terhadap Bolsonaro yang diadili atas tuduhan merencanakan kudeta untuk membatalkan kekalahannya dalam pemilu 2022," tulis salah satu lembar Fakta perintah Trump dikutip Reuters.

Meski begitu, tarif yang dilemparkan oleh Trump mengecualikan puluhan ekspor utama Brasil ke AS, termasuk pesawat sipil, besi kasar, logam mulia, pulp kayu, energi, dan pupuk. Hal ini disebabkan pentingnya sektor-sektor tersebut bagi kemajuan industri Negeri Paman Sam.

Analisis oleh Kamar Dagang Amerika untuk Brasil menunjukkan bahwa hampir 700 produk dikecualikan dari tarif 50% ini. Hal tersebut mencakup 43,4% dari total ekspor Brasil ke AS berdasarkan nilai.

"Ini juga menunjukkan bahwa diplomasi Brasil telah melakukan tugasnya dengan benar dengan berupaya meningkatkan kesadaran di antara perusahaan-perusahaan AS," ujar Rafael Favetti, mitra di konsultan politik Fatto Inteligencia Politica di Brasília.

Atas situasi ini, Menteri Luar Negeri Brasil, Mauro Vieira, mengatakan ia telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada hari Rabu untuk menegaskan kembali kesediaan negaranya untuk menegosiasikan tarif. Namun, situasi ini disebut bukanlah skenario terburuk yang dihadapi Negeri Samba.

"Kita tidak menghadapi skenario terburuk," ujar Menteri Keuangan Brasil, Rogerio Ceron, kepada para wartawan. "Hasilnya lebih baik daripada yang seharusnya."

Lempar Sanksi ke Hakim Agung.

Selain melempar tarif yang tinggi, Trump juga menjatuhkan sanksi kepada hakim Mahkamah Agung Brasil yang mengawasi persidangan mantan Presiden Jair Bolsonaro. Gedung Putih menuduh hakim tersebut mengizinkan penahanan pra-persidangan sewenang-wenang dan menekan kebebasan berekspresi.

"Alexandre de Moraes telah mengambil tanggung jawab untuk menjadi hakim dan juri dalam perburuan ilegal terhadap warga negara dan perusahaan AS dan Brasil," timpal Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam sebuah pernyataan.

"Moraes bertanggung jawab atas kampanye penyensoran yang represif, penahanan sewenang-wenang yang melanggar hak asasi manusia, dan penuntutan yang dipolitisasi, termasuk terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro."

Moraes dijatuhi sanksi berdasarkan Undang-Undang Magnitsky Global, yang memungkinkan AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap warga negara asing yang dianggap memiliki catatan korupsi atau pelanggaran hak asasi manusia. Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan bulan Juni lalu bahwa Washington memang sedang mempertimbangkan sanksi terhadap hakim tersebut.

Bulan ini, Moraes memerintahkan Bolsonaro untuk mengenakan gelang kaki, menghindari kontak dengan pejabat asing, dan berhenti menggunakan media sosial atas tuduhan bahwa ia telah meminta campur tangan Trump dalam persidangan Mahkamah Agung.

Bolsonaro menyebut Moraes sebagai 'diktator' dan menyebut perintah pengadilan terbaru sebagai tindakan 'pengecut'. Bolsonaro membantah terlibat dalam dugaan upaya kudeta, tetapi mengakui ikut serta dalam pertemuan yang bertujuan untuk membalikkan hasil pemilu.

Atas tindakan AS ini, sejumlah dukungan solidaritas mulai mengalir bagi Moraes. Hakim Agung Brasil, Flavio Dino, menyampaikan solidaritas pribadinya kepada Moraes melalui media sosial, dengan mengatakan bahwa koleganya "hanya menjalankan tugasnya dengan jujur dan berdedikasi, sesuai dengan konstitusi Brasil."

Seorang anggota kabinet Lula, Gleisi Hoffmann, menyebut sanksi tambahan terhadap Moraes sebagai tindakan kekerasan dan arogan. Ia juga menyatakan penolakan total pemerintah terhadap absurditas terbaru yang dilakukan Trump.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Perang Dagang, Ini Daftar Barang Tidak Terkena Tarif Impor Trump

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular