Kabar Baik! IMF Naikkan Proyeksi PDB Global Jadi 3,1% Tahun Ini

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
30 July 2025 08:30
Logo Dana Moneter Internasional (IMF). (REUTERS/Yuri Gripas/File Photo)
Foto: REUTERS/Yuri Gripas

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini.

Hal ini terungkap dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2025. IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,0% pada 2025 dan 3,1% pada 2026.

Menurut catatan IMF, proyeksi ekonomi dunia untuk 2025 ini 0,2 poin persentase lebih tinggi dibandingkan proyeksi dalam World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025, dan 0,1 poin persentase lebih tinggi untuk tahun 2026.

Direktur Departemen Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan revisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global ini dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, penurunan ketegangan perdagangan yang moderat berkontribusi pada ketahanan ekonomi global sejauh ini.

Seperti diketahui, pada April lalu, AS mengubah arah kebijakannya dengan menunda tarif yang lebih tinggi bagi sebagian besar mitra dagangnya.

"Hal ini, dan meredanya ketegangan perdagangan dengan Tiongkok pada bulan Mei, sedikit mengurangi tarif efektif AS dari 24% menjadi sekitar 17%. Meskipun perkembangan ini menggembirakan, tarif tetap tinggi secara historis, dan kebijakan global masih sangat tidak pasti, dengan hanya beberapa negara yang telah mencapai perjanjian perdagangan yang komprehensi," papar Gourinchas dalam catatannya, dikutip Rabu (30/7/2025).

Dari catatannya, beberapa perkembangan lain juga membantu proyeksi ekonomi global. Pertama, kekhawatiran tentang tarif di masa mendatang menyebabkan lonjakan ekspor yang kuat ke AS pada kuartal pertama tahun ini. Peningkatan ekspor ini membantu mendukung aktivitas di Eropa dan Asia.

Kedua, kondisi keuangan membaik, dan kondisi moneter mereda seiring inflasi global yang terus menurun, sebagian besar tidak berubah dari proyeksi IMF sebelumnya.

Ketiga, dolar telah terdepresiasi sekitar 8% sejak Januari.

"Seperti yang telah kami tunjukkan pada bulan April, dampak tarif terhadap nilai tukar bisa rumit. Pada episode sebelumnya, negara yang mengenakan tarif mengalami apresiasi mata uangnya, sehingga meredam dampak tarif," katanya.

Namun, Gourinchas melihat depresiasi dolar juga memperkuat dampak guncangan tarif terhadap daya saing negara lain, terutama dari sisi ekspor.

"Dengan nilai yang stabil relatif terhadap dolar AS, Renminbi Tiongkok telah bergerak mengikuti dolar sementara euro telah terapresiasi secara signifikan," ujarnya.

Di tengah kabar baik ini, IMF mengingatkan bahwa resiliensi saat ini tetap rapuh. Meskipun guncangan perdagangan mungkin tidak separah yang dikhawatirkan sebelumnya, guncangannya masih cukup besar, dan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa guncangan tersebut merugikan perekonomian global.

"Misalnya, dibandingkan dengan perkiraan kami sebelum 2 April, pertumbuhan global direvisi turun sebesar 0,2 poin persentase tahun ini. Dengan angka sekitar 3%, pertumbuhan global masih jauh di bawah rata-rata sebelum Covid," jelasnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF Yakin Ekonomi Global Tak Akan Kena Resesi Gegara Efek Trump

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular