
Warning! Indef Wanti-Wanti Ekonomi RI Berpotensi Tak Capai 5% di 2025

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan mencapai 5% seperti target pemerintah untuk tahun 2025.
Berdasarkan Kajian Tengah Tahun Indef, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada di kisaran 4,5% hingga akhir tahun 2025, melambat dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan pertama 4,8%.
Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, Riza A. Pujarama menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi telah dimoderasi dengan mempertimbangkan berbagai dinamika, baik domestik maupun global.
Salah satunya, faktor eksternal seperti dampak negosiasi tarif impor antara Pemerintah RI dengan Amerika Serikat yang dapat berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,031%.
"Penurunan tersebut masih dalam rentang proyeksi kami, sejalan dengan ekspektasi makro Indef," ujar Riza dalam diskusi publik, Selasa (29/7/2025).
Lebih lanjut, Indef menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ini mencerminkan persoalan struktural yang serius, terutama dari sisi domestik.
"Persoalan utama terletak pada penurunan daya beli, yang terlihat dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang terbatas," dikutip dari Kajian Tengah Tahun Indef Juli 2025, Selasa (29/7/2025).
Tak hanya itu, dia mengatakan konsumsi pemerintah pun menunjukkan perlambatan. Mengutip laporan pemerintah tentang realisasi APBN 2025 pada semester I, dari total pagu anggaran sebesar Rp 2.701,4 triliun belanja negara pemerintah baru merealisasi sebesar Rp1.003,4 triliun atau hanya 37,1% dari pagu.
Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada semester pertama 2024 pemerintah telah merealisasikan belanja negara sebesar 40,4% atau Rp997,9 triliun dari total pagu anggaran Rp 2.467,5.
Tak hanya itu, komponen investasi yang diukur dari Pertumbuhan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB), juga hanya tumbuh di bawah 3%.
Di sisi lain, guncangan ekonomi global seperti ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi Tiongkok, hingga suku bunga tinggi di negara-negara maju.
"Pertumbuhan komponen ekonomi domestik yang terbatas dan goncangan ekonomi global dinilai dapat menurunkan pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional," tulisnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Target Pertumbuhan di Bawah 6%, PKB Kritik Pemerintah Kurang Optimis
