Internasional

Rusia Tiba-Tiba Komentari Deal Tarif 15% Trump ke Uni Eropa, Sebut Ini

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
29 July 2025 07:10
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi di Kremlin di Moskow, Rusia, 23 Juni 2025. (Sputnik/Sergei Karpukhin/Pool via REUTERS)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi di Kremlin di Moskow, Rusia, 23 Juni 2025. (via REUTERS/Sergei Karpukhin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia pimpinan Presiden Vladimir Putin mengomentari kesepakatan tarif 15% yang diterapkan Amerika Serikat (AS) kepada barang-barang Uni Eropa. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri kabinet Putin, Sergey Lavrov, Senin (28/7/2025).

Berbicara di forum 'Territory of Meanings', Lavrov menggambarkan pengaturan tersebut sebagai "jelas mengarah pada deindustrialisasi lebih lanjut di Eropa dan pelarian modal." Ia menambahkan bahwa kenaikan harga energi dan arus keluar investasi akan memberikan "pukulan yang sangat keras" bagi sektor industri dan pertanian Eropa.

Lavrov juga menambahkan bahwa meskipun kesepakatan ini akan merugikan bagi Benua Biru, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen hanya berpikir bahwa ia harus berbaikan dengan Washington untuk mengalahkan Rusia.

"Orang-orang seperti Ursula von der Leyen benar-benar bangga dengan jalan ini: ya, kita akan dipaksa untuk menghabiskan lebih banyak uang, ya, kita mungkin akan memiliki lebih sedikit sumber daya untuk mengatasi masalah sosial, tetapi kita wajib mengalahkan Rusia," tuturnya dikutip Russia Today.

"Ini jelas merugikan Benua Lama - bahkan tidak perlu dianalisis."

Pada hari Minggu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden AS Donald Trump menyelesaikan kesepakatan kontroversial yang memungkinkan Uni Eropa dan AS menghindari perang dagang skala penuh.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, AS telah mengurangi tarif yang diusulkan dari 30% menjadi 15% untuk sebagian besar ekspor Eropa. Uni Eropa telah berkomitmen untuk membeli energi AS senilai US$ 750 miliar (Rp 12.305 triliun), terutama gas alam cair dan bahan bakar nuklir.

Brussels juga setuju untuk berinvestasi sekitar US$ 600 miliar (Rp 9/843 triliun) ke dalam industri-industri AS. Blok tersebut juga telah berkomitmen untuk meningkatkan impor senjata buatan AS.

Sementara itu, sikap Lavrov digaungkan oleh beberapa politisi Uni Eropa dan komunitas bisnis. Marine Le Pen, tokoh kunci dalam partai sayap kanan Reli Nasional Prancis, mengecam perjanjian tersebut sebagai "kegagalan politik, ekonomi, dan moral" yang merugikan kedaulatan Uni Eropa.

Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou juga sependapat terkait kerugian dari kesepakatan tarif 15% Trump. Ia bahkan menyebutnya sebagai "hari yang gelap" bagi Uni Eropa.

Para pemimpin bisnis Jerman juga menyuarakan kekhawatiran. Wolfgang Niedermark, anggota dewan eksekutif Federasi Industri Jerman (BDI), mengatakan bahwa Uni Eropa telah mengirimkan "sinyal fatal" dengan menerapkan tarif tinggi.

"Bahkan tarif sebesar 15% pun akan berdampak negatif yang sangat besar terhadap industri Jerman yang berorientasi ekspor," pungkasnya.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Bahas Soal Gencatan Senjata Ukraina, Trump Bakal Hubungi Putin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular