
Kesepakatan Dagang Uni Eropa-AS Menuju 15%, "Bom" Rp1.600 T Disiagakan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) telah mencapai titik kritis. Perundingan tarif impor kian mengerucut dan disebut bakal turun dari ancaman 30% menjadi 15%.
Namun, Komisi Eropa juga tetap menyiapkan "bom" berupa instrumen anti-paksaan yang dapat digunakan untuk membalas kenaikan tarif yang diancamkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump jika negosiasi gagal sebelum tenggat 1 Agustus 2025.
Dua sumber diplomatik mengungkap kepada Euronews bahwa perwakilan Komisi Eropa telah memberi pengarahan kepada negara-negara anggota UE pada Rabu lalu, menyampaikan lembar fakta yang merinci langkah-langkah pengambilan keputusan untuk mengaktifkan instrumen pembelaan dagang tersebut.
"Mayoritas suara yang memenuhi syarat tampaknya telah tercapai di antara negara-negara anggota untuk menggunakan instrumen anti-paksaan jika skenario tanpa kesepakatan benar-benar terjadi," ujar salah satu sumber diplomatik, dikutip Kamis (24/7/2025).
Langkah tersebut memungkinkan UE untuk membatasi akses perusahaan-perusahaan dari negara ketiga - dalam hal ini AS - terhadap pengadaan publik, perizinan, dan hak kekayaan intelektual, sebagai bentuk balasan terhadap langkah koersif AS.
Pertemuan makan malam antara Kanselir Jerman Friedrich Merz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu disebut-sebut menjadi kunci untuk mengamankan dukungan politik yang dibutuhkan.
"Makan malam malam ini antara Macron dan Merz akan menjadi penentu untuk meraih mayoritas yang memenuhi syarat," kata sumber kedua.
Komisi Eropa dilaporkan juga tengah menyusun serangan balik yang menyasar sektor layanan digital dan keuangan AS - dua sektor yang selama ini mendulang surplus besar di pasar Eropa. Rencana ini akan diluncurkan jika hingga 1 Agustus tidak tercapai kesepakatan dagang baru antara kedua belah pihak.
Menurut dua diplomat UE yang dikutip Euronews, Komisi dan Pemerintah AS masih terlibat dalam pembicaraan intensif mengenai tarif dasar sebesar 15% untuk impor dari UE, dengan beberapa pengecualian. Namun, proses negosiasi dilaporkan masih jauh dari kata selesai, khususnya karena sektor strategis seperti otomotif dan farmasi menjadi titik gesekan utama.
Tarif saat ini yang dikenakan AS terhadap produk Eropa cukup tajam, yakni 50% untuk baja dan aluminium, 25% untuk mobil, dan 10% untuk semua kategori lainnya. Meski sempat dibahas opsi penurunan tarif dasar ke angka 10%, langkah mengejutkan muncul pada 12 Juli, saat Trump mengancam akan menaikkan tarif menjadi 30% per 1 Agustus jika tidak ada kesepakatan.
Pembalasan Rp1.600 Triliun
Sebagai tanggapan, Komisi Eropa telah menyiapkan dua daftar produk AS yang akan dikenai tarif balasan. Kedua daftar tersebut kini digabungkan menjadi satu paket kebijakan dengan nilai total 93 miliar euro atau setara sekitar Rp1.600 triliun (kurs Rp17.200).
"Prioritas kami tetap pada negosiasi, namun kami juga secara paralel menyiapkan skenario untuk semua kemungkinan, termasuk langkah-langkah balasan tambahan," ujar juru bicara Komisi Eropa, Olof Gill.
"Untuk membuat tindakan balasan kami lebih jelas, sederhana, dan kuat, kami akan menggabungkan daftar satu dan dua menjadi satu daftar tunggal - yang tidak akan diberlakukan sebelum 7 Agustus - dan mengajukannya kepada negara-negara anggota untuk disetujui," imbuhnya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebelumnya juga menegaskan bahwa UE siap menekan AS dengan mengancam pengenaan tarif pada sektor jasa - satu-satunya sektor di mana AS mencatat surplus besar dalam hubungan dagang dengan Eropa - jika perang dagang yang sedang berlangsung tidak dapat diselesaikan.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Baru Trump di Depan Mata, AS Siapkan Tarif Impor Tembaga 25%
