Ahli Ungkap Urgensi Transformasi Digital Kepabeanan dan Cukai

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 July 2025 04:41
Ilustrasi Gedung Bea CUkai (CNBC indonesia)
Foto: Gedung Direktorat Bea dan Cukai Kementerian Keuangan di Jakarta. (Dokumentasi CNBC indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Transformasi digital kepabeanan untuk meningkatkan pelayanan dapat mengoptimalkan penerimaan negara dari aktivitas perdagangan. Pendapat itu disampaikan Ketua Umum Perkumpulan Ahli Kepabeanan Indonesia (PERAKI) Abdul Rachman kepada CNBC Indonesia di kantor pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Jakarta pada Rabu (23/7/2025).

"Dari tahun 90 itu, Bea Cukai merupakan instansi yang pertama melakukan komputerisasi. Jadi sekarang sudah sampai pada 4.0" katanya.

Optimalisasi pelayanan kepabeanan dan cukai lewat transformasi digital tersebut berangkat dari niat untuk memaksimalkan layanan serta menunjang kebutuhan para stakeholder. Seperti regulator, pelaku ekspor-impor, sehingga perusahaan yang bergerak di sektor penunjang.

Tahapan optimalisasi lewat digitalisasi juga dikatakan Abdul sebagai bentuk efisiensi kinerja dalam hal waktu. Sehingga nantinya pelayanan bisa lebih baik.

Terlebih lagi bea cukai, menurut Abdul, sebenarnya tidak hanya berfungsi dalam hal perdagangan saja. Tapi memiliki peran penting dalam hal menjaga perbatasan.

"Administrasi yang menjaga perbatasan negara ada dua, militer dan non-militer. Militer, itu militer lah. Yang non-militer itu ada, ada imigrasi, ada bea cukai, dan ada karantina," ucapnya.

Ia mencontohkan di badan kepabeanan dan cukai Amerika Serikat dan Australia yang secara resmi berubah nama menjadi "Customs and Border Protection". Ia menegaskan meskipun transformasi terus dilakukan, namun perlu diiringi oleh sinergi para stakeholder sehingga penyempurnaan layanan akan terus dilakukan.

Maka dari itu PERAKI melakukan seminar-seminar dan diskusi yang mampu menjadi wadah bagi para pemegang kepentingan. Salah satunya kemarin ketika PERAKI mengadakan Seminar & Diskusi Panel Kepabeanan ini dengan tema "Transformasi Digital Kepabeanan: Optimalisasi CEISA untuk Simplifikasi Administrasi dan Harmonisasi Regulasi Ekspor" di Gedung Bea dan Cukai, Jakarta.

Lebih lanjut, Abdul menjelaskan jika transformasi digital dilakukan beriringan dengan harmoni dari para stakeholder, kegiatan ekspor dan impor juga akan menjadi lancar. Sehingga pendapatan negara dari bea cukai juga akan semakin tinggi.

"Makin mudah mereka kerja, makin efisien, makin dapat keuntungan yang banyak. Kemudian kalau mereka juga lancar, mereka kan keuntungannya lebih banyak. Sehingga aktivitasnya semakin bertambah. Itu harapannya." ungkapnya.

Selain itu, digitalisasi juga dapat mempercepat penanganan saat ada permasalahan terkait kegiatan ekspor dan impor. Abdul bercerita bahwa staf dari PERAKI siang dan malam bekerja dalam menangani aduan masalah dari proses bea dan cukai oleh perusahaan dagang.

Setelahnya dari PERAKI kemudian mengadukan ke Ditjen Bea dan Cukai untuk kemudian tahap penyelesaian masalah. Adanya sistem digital akan membuat waktu saat terjadi masalah akan semakin singkat dan cepat.

Dalam acara seminar dan panel diskusi yang diinisiasi oleh PERAKI, juga kembali dijabarkan kembali Customs and Access Information System and Automation 4.0 atau CIESA 4.0. CIESA adalah sistem informasi kepabeanan dan cukai yang mengintegrasikan proses administrasi, pengawasan, dan berbagai layanan DJBC lainnya kepada pengguna jasa.

"CIESA 4.0 saat ini dan ke depannya akan menjadi backbone atau tulang punggung pelayanan kepabeanan nasional," ujar Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai DJBC Kemenkeu Rudy Rahamdy.

Menurut dia, CEISA 4.0 telah mengadopsi arsitektur teknologi informasi terkini terintegrasi dengan sistem-sistem strategis nasional lainnya seperti Cortex Direktorat Jenderal Pajak, sistem single window di Lembaga Nasional Single Window atau LNSW, online single submission untuk otomasi perizinan, modul penerimaan negara untuk memfasilitasi pembayaran secara elektronik langsung masuk kepada rekening kas negara, serta sistem internal K/L lainnya dan sistem pengguna jasa.

Sehingga, Rudy menjelaskan bahwa dengan sistem CIESA 4.0 memungkinkan terjadinya simplifikasi administrasi kepabeanan dengan proses bisnis terkait seperti larangan dan pembatasan atau LARTAS, elektronik COO dengan LNSW. Termasuk di dalamnya LARTAS, single submission kepabeanan karantina melalui single window di LNSW, integrasi kepatuhan wajib pajak melalui Cortex, hingga sistem pembayaran yang sudah terhubung dengan dokumen pabean.

"Sehingga tidak perlu lagi di internal pemerintah melakukan rekonsiliasi penerimaan secara manual. Dan semua ini sudah dilakukan secara online, secara elektronik, hingga Bapak-Ibu sekalian tidak perlu repot-repot lagi menyampaikan dokumen fisik, hard copy, dan datang sendiri ke kantor," ucapnya.

Rudy juga mengatakan bahwa submit dokumen terkait ekspor impor melalui CIESA 4.0 tidak mengenal batas waktu.

"Kalau mau menyampaikan dokumen kepabeanan yang di dalamnya termasuk dalam dokumen-dokumen yang diperlukan tadi dalam kaitan LARTAS, pembayaran, dan seterusnya, sudah tidak perlu lagi repot-repot datang ke kantor Bea Cukai. Dapat di-submit anytime, 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu," ujarnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Sri Mulyani Bantah Mundur Dari Kabinet

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular