Mal Cuma Ramai Saat Jam Makan, Pengusaha Beberkan Dampaknya

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
23 July 2025 18:55
Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan jenis tenant di pusat perbelanjaan, terutama antara tenant ritel dan makanan-minuman (F&B), demi kelangsungan operasional mal sepanjang hari.

Kendati demikian, Alphonzus menyebut bukan berarti tenant F&B akan dikurangi. Ia menjelaskan bahwa makanan dan minuman memang menjadi salah satu penunjang penting dalam mendatangkan pengunjung, tetapi porsinya tidak boleh mendominasi.

"Enggak, bukan dikurangi. Jadi maksudnya, memang kan yang mendukung keberlangsungan usaha itu kan salah satunya makanan dan minuman. Tetapi tetap harus ada keseimbangan. Engga bisa juga kategori makanan dan minumannya terlalu banyak," kata Alphonzus saat ditemui di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta, Rabu (23/7/2025).

Ia pun memberi contoh, di mana restoran umumnya hanya ramai di dua waktu utama, yakni saat jam makan siang dan makan malam. Padahal, pusat perbelanjaan ingin trafik pengunjung terjadi sepanjang hari, dari pagi hingga malam.

"Contoh restoran, restoran itu kan traffic-nya, atau kegiatan puncaknya itu cuman makan siang dan makan malam kan. Sedangkan pusat perbelanjaan ingin traffic pengunjungnya itu dari pagi sampai malam, dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam," jelasnya.

Karena itu, dia menyebut pengelola mal memang tetap membutuhkan tenant F&B, tetapi dalam porsi yang proporsional. "Alasannya itu, bukan dikurangi. Harus menjaga keseimbangan lah, begitu," tegas dia.

Ia juga menekankan fungsi utama pusat perbelanjaan tetap sebagai tempat untuk berbelanja. Namun, aspek pengalaman (experience) dan perjalanan pengunjung (journey) juga penting untuk diperkuat, salah satunya lewat kehadiran tenant F&B.

"Ya, kan memang namanya kan pusat perbelanjaan, tetap fungsi utamanya kan begitu. Tapi harus didukung oleh yang experience, journey, dan sebagainya. Nah itu didukungnya melalui makanan dan minuman, salah satunya kan," lanjutnya.

Terkait kontribusi tenant F&B, Alphonzus menyebut idealnya ada di kisaran 30-40%. "Maksimal, jangan lewat dari 40%, 30-40% yang ideal," ujarnya.

Adapun saat ini, kata Alphonzus, kontribusi tenant F&B di pusat perbelanjaan telah berada di kisaran angka tersebut. "Kalau terlalu lebih, nanti terjadi ketidakseimbangan," tutup dia.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Lulu Hypermarket Tutup 10 April, Cuci Gudang-Diskon Gila-gilaan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular