Gaya 'Rojali' saat Belanja di Mal: Banyak Mikir dan Pilih Barang Murah

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
23 July 2025 15:51
Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja memprediksi nilai transaksi di pusat perbelanjaan pada tahun 2025 tidak akan setinggi tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah maraknya fenomena "Rojali" atau rombongan jarang beli, yang kembali meningkat seiring melemahnya daya beli masyarakat dan berimbas pada seretnya omzet pusat perbelanjaan.

"Pasti, karena kan sekarang masyarakat kelas menengah bawah cenderung beli barang produk yang harga satuannya, unit price-nya murah. Itu terjadi penurunan (omzet), pasti," ucap Alphonzus saat ditemui di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta, Rabu (23/7/2025).

APPBI memperkirakan pertumbuhan industri pusat belanja tahun ini hanya di kisaran satu digit, atau kurang dari 10%. "Tahun 2025 ini tetap tumbuh dibandingkan tahun lalu. Tumbuhnya, tapi tidak signifikan. Paling single digit. Single digit artinya kurang dari 10%. Tapi tetap tumbuh," ujarnya.

Ia mengungkapkan, jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan memang masih naik, namun tidak signifikan dan tidak sesuai ekspektasi. APPBI mencatat kenaikan pengunjung tahun ini hanya sekitar 10% dibanding tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja saat ditemui di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta, Rabu (23/7/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja saat ditemui di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta, Rabu (23/7/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja saat ditemui di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta, Rabu (23/7/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

"Kurang dari 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Kurang dari 10% sebetulnya tidak memenuhi target. Harusnya target kita 20-30%," kata dia.

Meski trafik pengunjung naik, perubahan besar justru terjadi pada pola belanja. Banyak pengunjung yang kini datang ke mal hanya untuk melihat-lihat, tanpa banyak transaksi.

"Jumlah kunjungan tetap naik meskipun tidak signifikan. Tetapi yang berubah itu kan pola belanjanya. Satu, mereka jadi lebih selektif berbelanja. Kalau tidak perlu, tidak ya. Kemudian kalaupun belanja, beli barang produk yang harga satuan, yang harga satuannya murah. Itu yang terjadi," jelas Alphonzus.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Lagi Sepi Bak Kuburan, Bos Pengusaha: Mal-Mal Kini Mulai Bangkit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular