AMRO Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Jadi 4,8%

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
23 July 2025 16:10
Warga memadati kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI) di Jakarta, Minggu (20/10/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Warga memadati kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI) di Jakarta, Minggu (20/10/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga internasional The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8% pada tahun 2025. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan sebelumnya, di level 5%.

Berdasarkan laporan terbarunya, ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) pada Juli 2025, AMRO memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,8% pada 2025 dan 4,7%.

Kepala Ekonom AMRO, Dong He menjelaskan bahwa untuk seluruh kawasan Asia Tenggara dan Tiongkok, Jepang, Korea Selatan atau ASEAN+3 diproyeksikan turun menjadi 3,8% pada tahun 2025 dan 3,6% pada tahun 2026.

Angka tersebut, menurut He mencerminkan meningkatnya ketidakpastian global, terutama perkembangan kebijakan tarif AS yang belum menjadi pertimbangan perhitungan pada saat itu.

"Yang menggembirakan, kawasan ASEAN+3 memasuki periode turbulensi perdagangan global ini dari posisi yang relatif kuat dan tangguh. Sebagian besar pembuat kebijakan regional telah bertindak lebih awal untuk meredam dampak guncangan perdagangan, dan ruang kebijakan masih tersedia untuk dukungan lebih lanjut jika diperlukan," ujar Dong He dalam konferensi pers, Rabu (23/7/2025).

Ekonom AMRO 3+, Allen Ng pun menjelaskan bahwa tarif impor 19% hasil negosiasi Indonesia dengan Amerika Serikat pun telah dipertimbangkan dalam proyeksi tersebut.

Dirinya mengatakan, memang tarif 19% lebih rendah jika dibandingkan dengan angka tarif sebelum negosiasi dilakukan yakni 32%. Namun, tarif 19% masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tarif awal 10% sebelum negosiasi.

Maka dari itu, tetap ada tekanan yang perlu diperhitungkan, terutama pada sisi konsumsi rumah tangga.

"19% memang terlihat relatif rendah mengingat situasi saat ini. Namun, angka tersebut sebenarnya masih lebih tinggi daripada 10% yang awalnya dihadapi Indonesia. Saya rasa revisi ke bawah pada proyeksi pertumbuhan kami mencerminkan dampaknya terhadap melemahnya permintaan domestik kami," ujarnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Riset Asing: Ekonomi RI 2025 Lebih Buruk dari Target Pemerintah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular