
Bye Harga Gas Murah! Industri Harus Paham Pasokan Berubah

Jakarta, CNBC Indonesia - Chairman Indonesia Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof menilai tata kelola minyak dan gas (migas) yang dilakukan pemerintah saat ini adalah perencanaan jangka panjang.
Namun dia mengingatkan bahwa perencanaan yang panjang pun harus dilihat dari waktu ke waktu karena diperjalanan ada perubahan yang bisa jadi belum terpikirkan.
"Apalagi ada perubahan demand karena dorongan pemerintah bagaimana untuk mencapai pertumbuhan 8% dan juga adanya program-program hilirisasi dan dorongan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang bersifat emisi lebih rendah," jelas dia dalam Coffee Morning CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (19/7/2025).
Selain itu, perubahan juga terjadi di sisi produksi yang menurun karena natural declining di beberapa daerah, yang terutama memberi pasokan ke wilayah-wilayah industri di Jawa Barat melalui pipa milik PGN. Aris merinci dengan penurunan produksi maka harapan lain adalah menggunakan gas yang berasal dari regasifikasi yaitu LNG.
Namun dengan bergantung pada LNG maka harga gas yang awalnya enam sampai tujuh dolar per MMBTU berubah menjadi 15-16 dolar per MMBTU.
Nah ini yang satu hal yang perlu kita lihat juga adalah perubahan paradigma kita. Selama ini kita melihat gas itu selalu berasal dengan pipa sehingga kita lihat relatif harganya lebih terjangkau, bisa 6 sampai 7 dolar per MMBTU.
"Harga LNG itu mengikuti rujukan internasional. Harga gas lebih mahal karena sifatnya juga harga gas LNG ini adalah menggunakan infrastruktur yang lebih kompleks dibandingkan gas dipah. Artinya ada tambahan infrastruktur," tegas Aris.
Apalagi menurut Aris, Indonesia sangat kekurangan infrastruktur, jadi ke depan PLN bukan hanya akan berhadapan dengan harga gas yang lebih tinggi, namun juga harus bersiap agar lebih andal.
Sementara itu,PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sedang berupaya mendapatkan pasokan gas baru melalui Liquefied Natural Gas (LNG) di dalam negeri. Berbagai sumber telah dibidik oleh perusahaan untuk menambah suplai gas yang saat ini dinilai terus menurun.
Direktur Utama PGN, Arief Setiawan Handoko mengatakan pihaknya sedang melirik beberapa sumber LNG dari Banggai, Sulawesi Tengah oleh PT Donggi Senoro, proyek LNG Bontang, Kalimantan Timur oleh PT Badak NGL, hingga proyek LNG Tangguh Teluk Bintuni, Papua Barat oleh BP.
"LNG yang kita upayakan mendapat dari Donggi Senoro, Bontang ataupun di Tangguh. Cuma, PGN ini sampai sekarang kan belum dapat term kontrak ya, hanya spot-spot ya," jelasnya.
Yang terpenting, kata Arief, dari sumber-sumber gas baru itu, PGN berharap bisa membeli dengan harga ekonomis. Tidak lain, supaya distribusi yang dilakukan kepada konsumen juga bisa dibeli dengan harga terjangkau.
"Nah saya berharap ke depan itu kami dapat term kontrak, kalau term kontrak itu memang harganya lebih steady dan jauh lebih murah dibanding saat kita mendapatkan spot market. Jadi kita beli dari domestik tapi spot. Sama kayak dari luar kan kadang-kadang nyari LNG dari spot," katanya.
Sebagaimana diketahui, PGN menyalurkan hingga 90% kebutuhan gas nasional. Paling besar, kata Arief, konsumen gas berasal dari wilayah Sumatera dan Jawa Barat. Nah, untuk mencukupi kebutuhan itu, PGN akan menggantikan sebagian kekurangan gas itu dengan LNG.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos PGN Sebut Pasokan Gas dari Blok Milik Medco Menurun Tajam
