
Jet Tempur Rusia Gunakan Komponen Buatan AS, Dipakai Serang Ukraina

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski sanksi keras dijatuhkan, komponen elektronik buatan perusahaan Amerika Serikat masih ditemukan dalam jet tempur Rusia yang digunakan untuk menyerang Ukraina.
Laporan terbaru menyebut sebagian besar teknologi tersebut masuk lewat jalur pihak ketiga yang sulit dilacak dan dikendalikan.
Melansir Newsweek pada Sabtu (5/7/2025), komponen elektronik produksi perusahaan-perusahaan AS masih ditemukan dalam jet tempur Rusia seperti SU-34 dan SU-35, yang digunakan dalam serangan mematikan ke Ukraina.
Hal ini diungkapkan dalam laporan gabungan dari Kemitraan Internasional untuk Hak Asasi Manusia (IPHR), Komisi Anti-Korupsi Independen (NAKO), dan media investigasi Hunterbrook, yang dibagikan secara eksklusif kepada media.
Laporan tersebut mengungkap bahwa 62%-68% komponen dalam dua jenis jet tempur Rusia berasal dari perusahaan AS seperti Analog Devices, Texas Instruments, Intel, dan AMD. Meskipun tidak ada indikasi pelanggaran hukum oleh perusahaan-perusahaan ini, hasil temuan menyoroti betapa rapuhnya efektivitas sanksi ekspor di tengah arus globalisasi.
"Ini memalukan," ujar Michael McFaul, mantan duta besar AS untuk Rusia pada 2012-2014. "Perusahaan-perusahaan Amerika tidak dapat membantu Rusia membangun senjata yang membunuh warga Ukraina yang tidak bersalah."
McFaul kemudian mendesak pemerintahan Trump untuk menjatuhkan sanksi lebih tegas guna menekan aliran teknologi sensitif ke Moskow.
Investigasi ini mencakup analisis terhadap 10 serangan udara Rusia antara Mei 2023 hingga Mei 2024, termasuk serangan di Kharkiv pada 25 Mei 2024 yang menewaskan 19 warga sipil dan melukai 54 lainnya. Total korban dari serangan yang dianalisis mencapai 26 warga sipil tewas dan 109 luka-luka.
"Pemerintah Barat dan produsen teknologi harus menghadapi kenyataan: sanksi saat ini gagal menahan agresi Rusia," kata Anastasiya Donets, kepala Tim Hukum Ukraina di IPHR. Ia mendesak penerapan standar uji tuntas dan kontrol rantai pasokan yang lebih ketat.
Sementara itu, Mark Temnycky, peneliti dari Atlantic Council, mengatakan bahwa Rusia memanfaatkan negara-negara netral sebagai perantara untuk mengimpor komponen teknologi.
"Banyak barang terlarang, termasuk komponen militer, masuk ke Rusia dari negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Ini yang membuat komponen Barat masih muncul dalam senjata Rusia," jelasnya.
Pada akhir 2022, Rusia dilaporkan mengimpor komponen senilai lebih dari US$20 miliar untuk perlengkapan militer, dan lebih dari 60% diantaranya berasal dari perusahaan AS, menurut KSE Institute di Kyiv.
Pemerintah AS telah mencoba memperketat pengawasan. Pada 2024, Departemen Perdagangan menerbitkan daftar 50 item yang diprioritaskan untuk diawasi, termasuk suku cadang elektronik yang digunakan dalam senjata Rusia. Namun celah masih terbuka lebar.
Ironisnya, kontribusi tak langsung AS terhadap mesin perang Rusia tak hanya datang dari komponen militer. Pada 2023, perusahaan-perusahaan AS yang masih beroperasi di Rusia dilaporkan menyumbang pajak senilai US$1,2 miliar. AS juga masih mengimpor minyak dari kilang yang dimiliki perusahaan Rusia yang sudah dikenai sanksi.
Di tengah laporan ini, tekanan terhadap pemerintahan Trump untuk mengambil sikap lebih tegas terhadap Moskow semakin meningkat. Meski Trump mengklaim bisa menghentikan perang dengan cepat, setelah percakapan telepon dengan Vladimir Putin pekan ini, ia mengaku "sangat kecewa" dan menyangsikan niat Putin untuk mengakhiri konflik.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Bobol, Serangan Ukraina Tepat Sasaran Bakar Depot Minyak Rusia
