AS Mau Kasih Rp 486 T Buat Uranium Iran, Trump Buka Suara

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
29 June 2025 15:45
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato kepada rakyat didampingi Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 21 Juni 2025, menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. (REUTERS/Carlos Barria/Pool)
Foto: Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato kepada rakyat didampingi Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 21 Juni 2025, menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. (REUTERS/Carlos Barria/Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dikabarkan tengah menjajaki kemungkinan insentif ekonomi bagi Iran sebagai imbalan atas penghentian peningkatan uranium dalam beberapa hari terakhir.

Melansir CNBC Internasional, Minggu (29/6/2025), proposal sementara tersebut juga akan memungkinkan Iran menerima bantuan dari negara-negara regional untuk memungkinkan Teheran membangun program nuklir sipil, yang memberikan Teheran akses hingga US$30 miliar.

Permintaan tersebut merupakan salah satu dari banyak ide yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah.

Kesepakatan potensial tersebut akan menandai pembalikan besar dalam kebijakan Presiden Trump, yang menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir pemerintahan Obama dengan Iran pada tahun 2018 dengan alasan bahwa keringanan sanksi dan pencairan aset Iran telah memberikan dana segar bagi rezim Iran untuk melanjutkan kegiatan jahatnya.

Namun, belum jelas apakah proposal keuangan atau negosiasi apapun antara AS dan Iran akan berlanjut.

Dalam sebuah posting Truth Social pada Jumat malam, Trump mengatakan bahwa ia "tidak pernah mendengar ide konyol ini dan itu hanya HOAX lain yang dikeluarkan oleh berita palsu," ujar Trump dikutip Minggu (29/6/2025).

Sebelumnya pada hari Jumat, Trump mengancam akan membatalkan kemungkinan keringanan sanksi bagi Iran setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyatakan kemenangan dalam perang melawan Israel dan meremehkan signifikansi serangan AS terhadap situs nuklir mereka.

"Mengapa yang disebut 'Pemimpin Tertinggi', Ayatollah Ali Khamenei, dari Negara Iran yang dilanda perang, mengatakan dengan begitu terang-terangan dan bodoh bahwa ia memenangkan perang dengan Israel, ketika ia tahu pernyataannya adalah kebohongan?" tulis Trump dalam Truth Social.

Pada hari Jumat, Trump bersikeras bahwa Iran masih ingin bertemu dengannya untuk membahas kemungkinan pencabutan sanksi. "Mereka memang ingin bertemu saya, dan kami akan melakukannya dengan cepat. Kami akan melakukannya dengan cepat," kata Trump kepada wartawan selama pertemuan di Gedung Putih dengan para menteri luar negeri Republik Demokratik Kongo dan Republik Rwanda.

"Tidakkah Anda pikir kami memiliki sanksi di sana sehingga mereka tidak dapat melakukan apa pun? Tidakkah Anda pikir mereka ingin bertemu saya? Maksud saya, mereka bukan orang bodoh." ujarnya.

 


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Baru Arab di Depan Mata, Israel Ancam Negara Ini Bakal Tamat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular