Sudah Tak Wajar, Harga Rumah Terjun Bebas Sampai 30%

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 May 2020 11:38
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi covid-19 makin memperparah anjloknya harga rumah bekas atau second. Penurunan harga sangat signifikan dibandingkan periode sebelum adanya pandemi covid-19.

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong menyebut koreksi rumah bekas saat ini sudah melebihi tahap kewajaran.

"Koreksi di market bisa 20-30% untuk properti seperti rumah mewah dan ruko strategis yang harganya di atas Rp 1 miliar," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/5).

Mengenai harga properti yang berada di bawah Rp 500 juta, juga tetap mengalami penurunan harga, meski tidak separah harga properti dengan harga yang lebih tinggi.

"Saya pikir koreksi nggak banyak karena harga riil market. Kalau koreksi maksimum di 10%," katanya.



Penurunan tersebut menjadi momentum yang pas bagi investor untuk masuk berinvestasi. Lukas menyebut banyak investor yang sudah ancang-ancang dalam mencari properti yang pas. Ketika harganya mulai miring, maka akan mulai masuk. Terutama ketika pemilik rumah sedang dalam kondisi butuh uang, yang memaksa menjual rumah dengan harga lebih rendah dari harga aslinya.

"Kalau kita percaya badai (pandemi corona) pasti berlalu, ini benar-benar waktu yang tepat dan saya sendiri percaya ini kan hitungan masalah waktunya kapan. Juli, Agustus, September atau someday akan berlalu. Atau manusia akan biasa hidup dengan corona. Kita percaya ini akan berlalu. Karena properti kan kebutuhan primer dan dicari orang," sebutnya.

Menurut Lukas, hal ini bisa dibilang baru dialaminya, dimana harga properti mengalami penurunan yang cukup parah. Berbeda dengan masa krisis moneter tahun 1998 dahulu yang juga mengalami masalah, namun tidak semasif saat ini. Peluang penurunan ini juga bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang berinvestasi di mata uang dolar.

"Investor yang dulu beli dolar Rp.10 ribu /dolar sekarang harganya sampai Rp 15 ribu, ada naik 30% ditambah diskon properti 20-30%. Jadi kalau mereka jual dolar beli properti, mereka bisa dapat properti separuh harga kurang lebih. Diskon mereka dapat barang yang potongannya 50-60%. Itu luar biasa, nggak pernah terjadi sebelumnya," kata Lukas.


[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Harga Rumah Pondok Indah Anjlok 15-20%, Ada yang Capai 40%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular