BUMN Transformasi Lewat Rebranding, Ini Pesan Bos Danantara
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mengimbau, perusahaan BUMN yang melakukan rebranding atau transformasi di lingkungan BUMN tidak boleh dimaknai sekadar perubahan logo atau nama semata.
Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria mengatakan, esensi terpenting dari rebranding merupakan perubahan pola pikir dan pemahaman manusia di dalam organisasi bahwa perubahan merupakan sebuah keharusan.
"Sebetulnya rebranding itu bukan masalah apa menjadi apa tetapi bagi saya yang paling penting adalah ada satu pemahaman yang baik dari manusia bahwa setiap saat itu kita harus berubah," ujarnya dalam acara Launching BRI Corporate Rebranding, di Menara BRIlian Jakarta, Selasa (16/12).
Dony memandang, setiap perusahaan, termasuk perusahaan pelat merah harus melakukan transformasi dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan tersebut dipicu oleh dinamika eksternal dan internal yang bermuara pada perubahan fundamental.
"Beberapa hal yang menyebabkan dia (perusahaan) berubah yang juga harus dipahami oleh seluruh insan yang ada di BUMN dan hari ini pun kita sedang melakukan suatu proses perubahan yang fundamental," ungkapnya.
Dony menekankan, BUMN harus melakukan perubahan yang bersifat fundamental. Dalam industri jasa keuangan, perbankan dituntut untuk berkembang cepat menyesuaikan kebutuhan nasabahnya. Jika tidak, para nasabah akan pindah ke perusahaan kompetitor yang mampu menawarkan layanan yang lebih baik.
"Perubahan itu disebabkan oleh beberapa, nomor satu, bahwa adanya tuntutan daripada customer kita, atau dari pelanggan kita yang menuntut terjadinya perubahan daripada needs, daripada customer," sebutnya.
Kebutuhan konsumen atau nasabah yang meningkat, lanjutnya, maka persepsi dan standar pelanggan ikut meningkat. "Kalau ekspektasi meningkat, tentu si penyedia layanan juga harus mampu memenuhi ekspektasi daripada pelanggannya karena memang kompetitor menawarkan layanan yang lebih baik," ucapnya.
Kondisi ini, kata Dony, menuntut BUMN untuk beradaptasi secara cepat dan tepat agar tetap relevan di tengah persaingan.
Di sisi lain, selain faktor kompetisi, Dony juga menyoroti perkembangan pengetahuan global yang semakin merata. Di era digital, akses informasi terbuka luas dan nyaris tidak ada lagi perbedaan pengetahuan antar wilayah. Setiap individu dan organisasi dapat dengan mudah mengetahui perubahan yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Dengan demikian, transformasi bukan pilihan, melainkan syarat utama untuk bertahan dan tumbuh. Ia menambahkan, sejarah menunjukkan bahwa setiap periode memiliki era perubahan tersendiri. Dulu, perubahan mungkin terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Namun kini, siklus perubahan berlangsung jauh lebih cepat, menuntut respons yang juga lebih gesit dan menyeluruh.
"Dia tidak melakukan perubahan, dia pasti akan mengalami kemunduran atau tertinggal. Tidak mampu lagi menghadapi satu kompetisi. Dan kita menyadari ada periode, perubahan setiap saat," pungkasnya.
(fsd/fsd)[Gambas:Video CNBC]