Harga Saham Mendadak Anjlok ARB, Emiten Hashim (WIFI) Buka Suara
Jakarta, CNBC Indonesia — PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) buka suara terkait penurunan harga saham di tengah laporan kinerja keuangan.
Sebagai informasi, pada perdagangan Jumat (12/12/2025), saham WIFI anjlok hingga menyentuh batas auto reject bawah (ARB) atau 14,82% ke levle 3.620.Â
Direksi Solusi Sinergi Digital Shannedy Ong mengatakan, koreksi ini bukan karena penurunan fundamental bisnis, melainkan sebagai penyesuaian pasar sementara akibat perubahan struktur modal yang mendukung fase ekspansi perusahaan yang sangat agresif.
"Pasar bereaksi terhadap tekanan laba sesaat ini, tetapi kami yakin investasi ini adalah pondasi untuk panen raya pendapatan di kuartal-kuartal mendatang," ujarnya di Jakarta, dikutip Senin (15/12).
Direksi WIFI mengajak investor untuk melihat proyeksi kinerja perusahaan secara luas. Menurutnya, koreksi saham WIFI saat ini merupakan fenomena yang wajar dan jangka pendek.
"Kami telah mengamankan pendanaan besar, aset kami tumbuh 4 kali lipat, dan kami didukung mitra global sekelas NTT East. Wajar jika profitabilitas sedikit tertekan beban bunga sebelum panen raya dari kapasitas jaringan baru ini dimulai. Kami meminta investor untuk fokus pada fundamental yang semakin kuat dan prospek jangka panjang perusahaan," jelasnya.
Seperti diketahui, WIFI telah menjalin kerja sama dengan raksasa telekomunikasi Jepang, NTT East, sebagai pemegang saham di anak usaha (IJE) pada Juli 2025. "Kemitraan strategis dengan NTT East adalah validasi jangka panjang terhadap potensi dan kualitas aset WIFI," ungkapnya.
Menurutnya, kerjasama yang baru terjadi belum direspons oleh para investor. Sebab, sinergi operasional, transfer teknologi, dan efisiensi jaringan tidak terjadi dalam semalam.
"Pasar belum sepenuhnya menghargai valuasi dari kemitraan ini karena dampaknya ke bottom line membutuhkan waktu inkubasi 6 hingga 12 bulan. Ini adalah katalisator pertumbuhan masa depan, bukan sekadar suntikan dana sesaat," ucapnya.
Sebagai informasi, WIFI mencatat, pada kuartal III tahun 2025, laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melonjak 71,03% menjadi Rp 260,09 miliar dari sebelumnya yang hanya Rp152,07 miliar. Untuk laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada non pengendali juga naik jadi Rp70,09 miliar dari hanya Rp6,56 miliar.
Sementara laba per saham dasar WIFI periode ini mencapai Rp105,54 per lembar naik jauh jika dibandingkan periode tahun lalu yang hanya Rp64,54 per saham dasar.
Capaian laba tersebut didukung oleh pendapatan usaha bersih yang meningkat 100,9% menjadi Rp 1,01 triliun, dari sebelumnya Rp 504,95 miliar.
Mengutip laporan keuangan WIFI yang disampaikan pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), disebutkan bahwa perseroan mampu mengontrol beban pokok pendapatan di angka Rp 325,42 miliar. Sehingga laba bruto per September 2025, naik hingga 124,16% jadi Rp 689,48 miliar dari sebelumnya Rp 307,58 miliar di periode sama tahun 2024.
Perseroan membukukan beban umum dan administrasi di angka Rp 155,42 miliar. Sementara pendapatan lain-lain sebesar Rp 40,18 miliar. Sehingga laba usaha WIFI per 30 September 2025 naik 127,18% jadi Rp 574,24 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 252,77 miliar.
Hingga kuartal III tahun ini, perseroan membukukan penghasilan keuangan senilai Rp 40,21 miliar, sedangkan pada tahun lalu pos ini hanya tercatat Rp 446 juta. Dengan biaya keuangan senilai Rp 204,59 miliar. Maka laba sebelum pajak penghasilan WIFI per 30 September 2025 adalah Rp 409,85 miliar, tumbuh 127,77% dari Rp 179,94 miliar di tahun lalu.
Selanjutnya, dikurangi beban pajak penghasilan neto periode ini naik signifikan menjadi Rp79,67 miliar, maka laba neto periode berjalan 30 September 2025, WIFI mengalami lonjakan hingga persen menjadi Rp330,18 miliar naik 108,13% dari periode sama tahun 2024 hanya Rp158,64 miliar.
Adapun total aset WIFI melonjak sebesar 331,32% menjadi Rp 12,54 triliun pada 30 September 2025, naik signifikan dari periode 31 Desember 2024 yang hanya Rp2,907 triliun.
(mkh/mkh)[Gambas:Video CNBC]