MARKET DATA

Rupiah Menguat di Awal Pekan, Dolar AS Turun Jadi Rp16.620

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
15 December 2025 09:06
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia — Mata uang Garuda dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini, Senin (15/12/2025).

Mengutip data Refinitiv, rupiah terpantau menguat 0,09% atau terapresiasi ke posisi Rp16.620/US$. penguatan ini terjadi setelah pada perdagangan sebelumnya, Jumat (12/12/2025), rupiah berhasil menguat 0,18% dan ditutup di level Rp16.635/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB berada di zona hijau dengan penguatan 0,06% ke level 98,462, turut menekan pergerakan mata uang emerging markets, termasuk rupiah, pada awal perdagangan.

Pada perdagangan hari ini, pergerakan rupiah diperkirakan akan dipengaruhi sentimen dari dalam negeri. Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis Statistik Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia periode Oktober 2025, yang menjadi salah satu indikator penting dalam menilai ketahanan fundamental ekonomi nasional.

Pelaku pasar akan mencermati perkembangan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB), serta komposisi utang swasta, khususnya porsi utang jangka pendek.

Di tengah kondisi suku bunga global yang masih relatif tinggi, data ULN dinilai krusial untuk mengukur kemampuan perekonomian Indonesia dalam menjaga stabilitas pembiayaan eksternal.

Stabilitas dalam data ULN berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar obligasi dan nilai tukar rupiah. Sebaliknya, peningkatan risiko pada struktur utang dapat memengaruhi persepsi investor terhadap ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi volatilitas global.

Selain itu, pelaku pasar juga akan masih akan wait and see menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan digelar pada Selasa-Rabu (16-17 Desember 2025). Agenda ini menjadi perhatian utama pasar karena akan menentukan arah kebijakan suku bunga BI di tengah dinamika global yang masih bergejolak.

Kondisi saat ini menempatkan Bank Indonesia dalam posisi yang relatif kompleks. Di satu sisi, tekanan inflasi domestik masih tergolong terkendali dan sektor riil dinilai membutuhkan dukungan suku bunga yang lebih akomodatif untuk menjaga momentum pertumbuhan.

Namun di sisi lain, ketidakpastian global serta volatilitas nilai tukar menuntut BI untuk tetap menjaga daya tarik diferensial suku bunga agar aliran modal asing tetap terjaga.

(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menutup Pekan Naik Tipis, Dolar AS Turun ke Rp16.625


Most Popular
Features