MARKET DATA

Pasar Respons Cut Rate The Fed, IHSG Dibuka Lompat 0,73% ke 8.764

Redaksi,  CNBC Indonesia
11 December 2025 09:01
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat 63,17 poin atau lompat 0,73% pagi ini, Kamis (11/12/2025). Indeks bertengger di level 8.764,09.

Sebanyak 287 saham naik, 67 turun, dan 257 tidak bergerak. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 368,83 miliar, melibatkan 460,15 juta saham dalam 43.847 kali transaksi.

Kapitalisasi pasar pun terkerek naik menjadi Rp 16.150 triliun atau sedikit lagi mencapai US$ 1 triliun.



Pasar keuangan hari ini akan menghadapi sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri. Sentimen terbesar akan datang dari keputusan The Fed yang memangkas suku bunga sebesar 25 bps.

The Fed akhirnya memenuhi harapan dunia dengan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,50-3,75%. Pemangkasan ini menjadi kabar baik bagi Indonesia.

Dengan pemangkasan bunga maka aliran dana asing diharapkan segera mengalir deras ke Indonesia sehingga rupiah dan IHSG bisa menguat.

The Fed mengumumkan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (10/12/2025) setelah menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari. Ini merupakan pemangkasan ketiga sepanjang tahun ini setelah September dan Oktober lalu. Suku bunga saat ini adalah yang terendah sejak November 2022 atau hampir tiga tahun terakhir.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka baru memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 basis poin (bps) di tahun kemarin ke 4,25-4,50%. The Fed kemudian menahan suku bunga hingga Agustus 2025 sebelum memangkasnya pada September dan Oktober 2025.

Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati data penjualan ritel yang menguat, tapi pemulihannya belum merata. Roda konsumsi rumah tangga RI kembali menunjukkan geliat dalam Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) untuk Oktober 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) nasional tumbuh 4,3% secara tahunan (yoy), lebih kuat dibandingkan kenaikan 3,7% yoy pada September. Angka ini memberi sinyal bahwa fondasi konsumsi masyarakat mulai membaik, setidaknya di tingkat nasional.

Namun di balik angka headline yang tampak solid, survei BI menunjukkan bahwa pemulihan ini tidak terjadi secara merata. Beberapa kelompok barang melaju cukup cepat, sementara yang lain justru terhambat. Secara bulanan, IPR naik 0,6% month-to-month (mtm), terutama karena peningkatan penjualan pada barang-barang budaya dan rekreasi yang tumbuh 2,4% mtm.

Sementara itu, asar Asia-Pasifik kompak dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (11/12/2025), menyusul penurunan suku bunga ketiga Federal Reserve tahun ini.

Bank sentral AS memangkas suku bunga Federal Funds sebesar 25 basis poin menjadi 3,5%-3,75%, dan memberi sinyal bahwa kemungkinan besar mereka telah selesai memangkas suku bunga untuk saat ini.

Ketua Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers pasca-pertemuan, mengatakan penurunan tersebut menempatkan Fed dalam posisi yang nyaman terkait suku bunga.

"Kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat bagaimana perekonomian berkembang," kata Powell, dan mencatat bahwa tarif Presiden Donald Trump telah menjadi pendorong inflasi.

Indeks Nikkei 225 Jepang memulai hari dengan kenaikan tipis, sementara indeks Topix yang lebih luas naik 0,36%. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,51%, dan indeks Kosdaq untuk saham berkapitalisasi kecil naik 0,64%.

Indeks berjangka Hang Seng Hong Kong berada di level 25.602, lebih tinggi dari penutupan terakhir indeks di 25.540,78. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,79% pada perdagangan awal.

Di sektor komoditas, harga perak naik ke rekor tertinggi baru sebesar $62 per ons, menurut data Refinitiv.

Selain keputusan suku bunga pada hari Rabu, The Fed juga mengumumkan akan melanjutkan pembelian obligasi pemerintah senilai US$40 miliar, mulai hari Jumat. Akibatnya, imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek turun.

Bank sentral juga membahas pasar tenaga kerja yang lemah dalam pernyataannya, menghapus kalimat yang menyatakan bahwa pasar tenaga kerja "tetap rendah." Ini menunjukkan fokus The Fed yang mulai bergeser ke mendukung perekonomian, dan tidak menitikberatkan soal inflasi.

Semalam di AS, Dow Jones Industrial Average melonjak pada hari Rabu, naik 1,1% setelah keputusan The Fed, sementara S&P 500 naik 0,7% dan Nasdaq Composite naik 0,3%.

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Turun 0,4% Hari Ini Jelang Pidato Ketua The Fed Jerome Powell


Most Popular