MARKET DATA

Rupiah Menguat Tipis, Dolar AS Turun ke Rp16.635 di Akhir Pekan

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
05 December 2025 15:04
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia — Nilai tukar rupiah berhasil menguat dari dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (5/12/2025), seiring rilis cadangan devisa terbaru Bank Indonesia (BI).

Merujuk data Refinitiv, rupiah berhasil menguat 0,03% atau terapresiasi ke posisi Rp16.635/US$ pada penutupan perdagangan terakhir pekan ini. Sepanjang perdagangan, rupiah bergerak di rentang level Rp16.635–Rp16.665 per US$.

Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 15.00 WIB terpantau tengah mengalami pelemahan sebesar 0,13% atau turun ke level 98,863.

Pergerakan rupiah pada perdagangan terakhir pekan ini, seiring dengan rilis laporan Bank Indonesia (BI) tentang cadangan devisa Indonesia periode November.

BI melaporkan cadangan devisa November 2025 sebesar US$150,1 miliar, naik dari US$149,9 miliar pada Oktober. Kenaikan ini ditopang penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.

"Posisi cadangan devisa pada akhir November 2025 setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Ramdan Denny Prakoso, Kepala Departemen Komunikasi BI, Jumat (5/12/2025).

Dari sisi eksternal, rupiah turut didukung oleh melemahnya dolar AS di pasar global. DXY tengah melemah hingga menyentuh level terendahnya dalam lima pekan. Pelaku pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC pekan depan.

Berdasarkan pantauan CME FedWatch Tool, pasar kini memperkirakan sekitar 87% peluang pemangkasan suku bunga AS, dengan potensi 2-3 kali penurunan tambahan pada tahun depan.

Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter ini muncul setelah data tenaga kerja AS menunjukkan jumlah klaim tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun. Meski begitu, sejumlah ekonom menilai data tersebut berpotensi terganggu oleh libur Thanksgiving serta tertundanya rilis data akibat penutupan pemerintah AS yang berlangsung panjang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menutup Pekan Naik Tipis, Dolar AS Turun ke Rp16.625


Most Popular