Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Dolar AS Naik ke Rp16.610

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
29 October 2025 15:20
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang pengumuman suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (29/10/2025) atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Merujuk data Refinitiv, rupiah harus mengalami pelemahan 0,06% ke level Rp16.610/US$. Rupiah berbalik melemah, setelah di pembukaan perdagangan pagi tadi dibuka menguat tipis 0,03% di level Rp16.595/US$.

Namun seiring perdagangan, rupiah harus mengakui kekuatan dolar AS, hingga kembali menembus ke atas level psikologis di Rp16.600/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tengah mengalami penguatan sebesar 0,19% di level 98,857.

Pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini terjadi seiring dengan kondisi pasar global yang tengah menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang akan dirilis Kamis (30/10/2025) dini hari waktu Indonesia.

Pasar memperkirakan The Fed hampir pasti akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 3,75% - 4,00%, menandai penurunan kedua sepanjang tahun ini.

Ekspektasi tersebut didorong oleh melambatnya pasar tenaga kerja dan turunnya inflasi AS ke level 3,0% pada September, di bawah konsensus 3,1%.

Keputusan ini diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tengah tekanan global dan penutupan sebagian aktivitas pemerintahan (government shutdown) yang berkepanjangan.

Penguatan DXY pada perdagangan hari ini turut menjadi faktor pembatas bagi rupiah.

Indeks dolar AS kembali bangkit dari posisi terendah dalam sepekan setelah muncul tanda-tanda bahwa Amerika Serikat dan China berada di jalur untuk menandatangani kesepakatan dagang baru.

Menurut Bart Wakabayashi, Manajer Cabang State Street Tokyo, penguatan dolar saat ini juga merupakan bentuk "relief rally" setelah tekanan jual berkepanjangan.

"Dolar telah dijual cukup dalam dalam beberapa waktu terakhir, dan wajar bila pasar mulai melakukan rebound yang mungkin bersifat reaktif," ujarnya dikutip dari Reuters.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Balik Menguat, Dolar AS Turun ke Rp16.570

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular