Gak Ikut Proyek Waste-to-Energy Danantara, Bos TOBA Buka Suara

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
29 October 2025 14:53
TBS Energi Utama. (Dok. TBS Energi Utama)
Foto: TBS Energi Utama. (Dok. TBS Energi Utama)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten energi terbarukan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengatakan bahwa perusahaan akan fokus memperluas peluang ekspansi ke pasar internasional dan tidak memprioritaskan untuk ikut proyek waste-to-energy (WTE) BPI Danantara.

Hal tersebut disampaikan manajemen TBS terkait minat perusahaan terhadap proyek strategis nasional tersebut, pada saat paparan kinerja kuartal III-2005, Selasa (28/10). SVP Corporate Finance and Investor Relations, PT TBS Energi Utama Tbk Mirza Rinaldy Hippy mengatakan, inisiasi bisnis waste management TBS telah dimulai sejak 2018 sejak kami ekspansi bisnis ke pasar Asia Tenggara di 2023, melalui akuisisi Asia Medical Enviro Services (AMES) dan terakhir CORA Environment di 2025.

Kemajuan bisnis pengelolaan limbah ini menjadi sebuah advantage sekaligus peluang bagi TOBA untuk membentuk platform pengolahan limbah regional di Asia Tenggara melalui ekspansi ke pasar internasional.

Bisnis pengolahan limbah di pasar internasional Asia Tenggara dikatakan memiliki potensi yang menarik sehingga keikutsertaan dalam proyek waste-to-energy yang dijalankan oleh Danantara tidak menjadi prioritas bagi TBS. Saat ini TBS sedang menjajaki peluang investasi dan akuisisi bisnis hijau di pasar regional, seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand.

"Selain akuisisi, perseroan juga aktif melakukan ekspansi organik melalui investasi belanja modal untuk penambahan kapasitas pengelolaan dan penambahan fasilitas daur ulang di Singapura. Aspirasi menjadi pemain global ini menegaskan transformasi bisnis kami untuk menjadi perusahaan yang sepenuhnya fokus pada bisnis hijau dan energi bersih di kancah internasional", tambah Mirza, Rabu (29/10/2025).

Cora Environment adalah anak usaha TOBA yang dipersiapkan sebagai salah satu jangkar bisnis setelah perusahaan meninggalkan sepenuhnya bisnis batubara pada 2030 mendatang. Entitas ini sebelumnya bernama SembWaste dan Sembcorp Environment, yang diakuisisi TOBA pada awal tahun ini. Sembcorp Environment Pte Ltd merupakan perusahaan regional Asia Tenggara, berbasis di Singapura, yang fokus pada bisnis ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah. Sebagai pemain di bisnis pengolahan limbah di tingkat regional, TOBA sejatinya paling siap mengembangkan bisnis waste-to-energy.

Sebelumnya Danantara menyatakan lebih dari 120 perusahaan yang tertarik untuk ikut tender waste to energy dalam bentuk Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL). Pada tahap awal akan terdapat 10 PSEL di sepuluh kota di Indonesia. Proyek ini rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun ini.

Pernyataan manajemen TOBA tersebut juga meluruskan berbagai rumor yang beredar selama ini bahwa TOBA akan diuntungkan dalam proyek WTE Danantara. Rumor ini berkembang karena salah satu petinggi Danantara adalah Pandu Sjahrir yang menjabat sebagai Chief Investment Officer. Pandu sebelumnya adalah Wakil Direktur Utama TOBA yang kemudian mengundurkan diri karena fokus mengurus Danantara.

Mirza menyatakan bahwa sejalan dengan roadmap TBS2030, Perusahaan akan terus memperkuat kapabilitas pengelolaan limbah terpadu dan terus mengkaji peluang-peluang yang sejalan dengan aspirasi Perusahaan menuju bisnis yang bersih, berdampak, dan berkelanjutan.

Keputusan TOBA yang memilih jalan sendiri dalam pengembangan proyek energi hijau berbasis limbah, kendati secara kapabilitas dan kapasitas sangat layak mengikuti tender Danantara merupakan bentuk kedisiplinan good governance yang dapat menganulir terbentuknya persepsi conflict of interest mengingat eks-wadirut sekarang menjabat CIO Danantara. 

Analis Mirae Sekuritas, Farras Farhan menilai keputusan TBS untuk tidak mengikuti tender Danantara bukan berarti mengurangi minat perusahaan di sektor waste-to-energy. Justru, langkah ini menunjukkan fokus strategis TBS untuk memperkuat portofolio bisnis yang sudah matang.

"Cora Environment sudah melewati tahap pembentukan model bisnis dan integrasi teknologi pengelolaan limbah. Dengan rekam jejaknya yang berasal dari SembWaste dan Sembcorp Environment, Cora sudah punya pengalaman operasional regional. Jadi masuk akal bila TBS memilih fokus ekspansi ke negara-negara yang lebih siap secara regulasi dan infrastruktur," ujarnya.

Hingga September 2025, segmen pengelolaan limbah menghasilkan pendapatan US$111,92 juta menyumbang sekitar 39% dari total pendapatan konsolidasi, serta 88% dari adjusted EBITDA. Dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ), porsi bisnis WTE juga tercatat lebih tinggi.

Dari aspek operasional, CORA Environment di Singapura dan Indonesia mengelola hampir 1 juta ton limbah per tahun dan melayani lebih dari 470 ribu pelanggan serta ribuan perusahaan. Selain, CORA, Asia Medical Enviro Services (AMES) telah memproses lebih dari 3 ribu ton limbah rumah sakit di Singapura. Adapun ARAH Environmental telah mengelola lebih dari 6.000 ton limbah rumah sakit dan domestik di Indonesia. AMES dan ARAH merupakan anak usaha TOBA yang fokus pada pengolahan limbah rumah sakit.

Keberhasilan dalam bisnis pengolahan limbah di Singapura dan Indonesia, membuat TBS untuk ancang-ancang ekspansi ke negara lain di regional, seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia.

Berikutnya Electrum mencatat lebih dari 6.400 unit motor listrik aktif di jalan dan 360 stasiun swap baterai, meningkat 25% dari semester sebelumnya. Adapun Proyek PLTMH Sumber Jaya dengan kapasitas 6 MW sudah beroperasi sejak awal 2025, dan PLTS Terapung Tembesi Batam dengan kapasitas 46 MWp tengah dalam tahap konstruksi dengan target COD pada pertengahan 2026.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Saham Naik Tajam, BEI Gembok 3 Emiten Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular