Saham Gorengan: Pengertian, Risiko dan Cara Menghindarinya

Dany Gibran, CNBC Indonesia
09 October 2025 13:55
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (10/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (10/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengajukan permintaan insentif kepada Kementerian Keuangan. Namun, ia menegaskan bahwa permintaan tersebut belum akan dikabulkan selama kondisi pasar modal Indonesia masih dipenuhi praktik perdagangan saham gorengan. Lantas, apa itu saham gorengan?

Saham gorengan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saham yang mengalami lonjakan harga secara tidak wajar akibat adanya manipulasi pasar. Biasanya, kenaikan harga pada saham jenis ini tidak mencerminkan kondisi fundamental perusahaan yang sesungguhnya.

Meskipun berisiko tinggi, saham gorengan sering dimanfaatkan oleh sejumlah trader untuk meraup keuntungan dalam waktu singkat. Namun, mengingatkan bahwa pergerakan harga yang ekstrem ini kerap menelan korban, terutama dari kalangan investor ritel yang kurang memahami risikonya.

1. Potensi Kerugian yang Besar

Harga saham gorengan dapat melonjak tajam dalam hitungan hari, namun kejatuhannya pun bisa secepat itu. Setelah pelaku pasar yang menggerakkan harga melakukan aksi jual, harga saham biasanya anjlok tajam dan meninggalkan investor ritel dengan kerugian besar.

2. Tidak Didukung Kinerja Perusahaan yang Positif

Sebagian besar saham gorengan berasal dari emiten dengan fundamental lemah. Perusahaan-perusahaan ini umumnya memiliki pendapatan yang tidak stabil, utang tinggi, atau minim prospek pertumbuhan. Akibatnya, kenaikan harga sahamnya tidak memiliki dasar ekonomi yang kuat.

3. Masuk Daftar UMA

Salah satu ciri utama saham gorengan adalah masuk ke dalam daftar Unusual Market Activity (UMA). Saham yang masuk daftar ini biasanya lebih dulu "disemprit" oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) karena mengalami kenaikan harga yang terlalu ekstrem dalam waktu lebih dari dua hari berturut-turut.

Kriteria ekstrem ini merujuk pada kenaikan hingga batas harian tertinggi (auto reject atas atau ARA), yakni:

  • 20% per hari untuk saham dengan harga di atas Rp5.000 per saham,

  • 25% per hari untuk saham di kisaran Rp200 - Rp5.000 per saham,

  • 35% per hari untuk saham dengan harga Rp50 - Rp200 per saham.

Karena telah masuk radar BEI, status UMA menjadi sinyal peringatan bagi investor dan trader bahwa penguatan harga saham tersebut sudah tidak wajar. Ada kemungkinan besar saham tersebut sedang dikendalikan oleh pihak tertentu atau bandar di pasar modal.

4. Volume dan Nilai Transaksi

Investor juga dapat mengenali saham gorengan melalui volume dan nilai transaksi hariannya. Biasanya, saham gorengan memiliki kapitalisasi pasar yang kecil dan tergolong dalam kategori saham lapis dua atau lapis tiga. Namun, volume serta nilai transaksi hariannya sangat tinggi, bahkan bisa menyaingi saham unggulan (blue chip).

Sebagai informasi, kapitalisasi pasar mencerminkan ukuran nilai suatu perusahaan, yang dihitung dari jumlah saham beredar dikalikan dengan harga pasar sahamnya. Saat membandingkan perusahaan sejenis, perbedaan kapitalisasi pasar yang terlalu besar dapat membuat perbandingan menjadi tidak seimbang.

Dengan kapitalisasi pasar yang kecil dan kepemilikan investor ritel yang terbatas, para bandar dapat lebih mudah dan murah mengendalikan pergerakan harga saham tersebut di pasar.

5. Pergerakan Bid dan Offer yang Tidak Wajar

Bid adalah antrean beli saham di harga tertentu (biasanya lebih rendah), sedangkan offer adalah antrean jual saham di harga yang lebih tinggi. Pada saham gorengan, transaksi sering terjadi dalam jumlah besar, tetapi antrean bid dan offer-nya tipis atau tidak merata.

Artinya, di setiap level harga, antrean pembelian maupun penjualan sering kali hanya berjumlah 1 lot. Kondisi ini memudahkan bandar untuk mengatur pergerakan harga saham agar terus naik.

6. Kinerja Keuangan dan Kenaikan Harga Tak Selaras

Pergerakan harga saham gorengan yang ekstrem dan tidak wajar sering kali tidak sejalan dengan kinerja keuangan perusahaan atau informasi resmi dari emiten.

Ada kalanya kinerja keuangan perusahaan tumbuh hingga 50%, namun tidak jarang justru merosot lebih dari 50% ketika harga sahamnya melonjak tajam. Artinya, kenaikan harga saham gorengan sering kali tidak didukung oleh fundamental maupun aksi korporasi yang diumumkan oleh emiten.

Strategi Menghindari Saham Gorengan

Bagi investor yang ingin menjaga modal tetap aman, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari saham berisiko tinggi ini:

1. Analisis Fundamental Secara Menyeluruh

Pelajari kondisi keuangan dan kinerja perusahaan sebelum membeli saham. Perhatikan rasio keuangan, pertumbuhan laba, arus kas, serta utang perusahaan. Saham dengan fundamental kuat cenderung lebih stabil dan minim manipulasi.

2. Cermati Likuiditas Perdagangan

Saham dengan volume transaksi rendah lebih mudah digerakkan oleh segelintir pihak. Sebaiknya pilih saham dengan likuiditas tinggi agar harga lebih transparan dan sulit dimanipulasi.

3. Waspadai Lonjakan Harga Tiba-Tiba

Jika harga saham naik tajam tanpa adanya berita positif atau laporan kinerja yang mendukung, patut dicurigai. Telusuri apakah kenaikan tersebut disebabkan faktor fundamental atau hanya karena dorongan spekulasi pasar.

4. Sebar Risiko Investasi

Jangan menempatkan seluruh dana dalam satu saham, terutama yang berisiko tinggi. Diversifikasi portofolio di berbagai sektor atau instrumen keuangan dapat membantu meminimalkan potensi kerugian.

5. Gunakan Sumber Data yang Kredibel

Pastikan informasi yang digunakan berasal dari sumber resmi seperti situs BEI, laporan keuangan emiten, atau analisis dari lembaga riset terpercaya. Hindari rekomendasi dari grup media sosial yang tidak jelas kredibilitasnya.

6. Manfaatkan Analisis Teknikal

Gunakan alat analisis teknikal seperti moving average, volume indicator, dan pola grafik harga untuk mengenali pergerakan tidak wajar. Pola lonjakan volume tanpa berita positif sering menjadi tanda awal adanya permainan harga.


(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Naik Tajam, BEI Pantau Ketat Perdagangan Saham TGUK dan PDES

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular