Rupiah Dibuka Melemah, Dolar AS Tembus Rp16.750

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
26 September 2025 09:05
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang akhir pekan nilai tukar rupiah masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (26/9/2025).

Merujuk data Refinitiv, rupiah dibuka turun ke level Rp16.750/US$ atau melemah 0,09%. Setelah pada perdagangan kemarin, Kamis (25/9/2025) rupiah ditutup melemah 0,39% di posisi Rp16.735/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS per pukul 09.00 WIB terpantau melemah 0,09%. Namun, di perdagangan sebelumnya, Kamis (25/9/2025) DXY ditutup menguat tajam 0,69% ke level 98,553, sekaligus menjadi level penutupan tertinggi nya sejak 21 Agustus 2025.

Rupiah diperkirakan masih akan tertekan terhadap dolar AS, seiring dengan berlanjutnya penguatan indeks dolar AS.

DXY menguat seiring dengan setelah rilis data ekonomi terbaru yang menunjukkan daya tahan ekonomi Negeri Paman Sam lebih kuat dari perkiraan.

Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal II 2025 direvisi naik menjadi 3,8% secara tahunan, lebih tinggi dari estimasi awal 3,3%. Revisi ini juga melampaui ekspektasi para ekonom yang sebelumnya tidak memperkirakan adanya perubahan.

Kinerja ekonomi yang lebih kokoh ini memberi sinyal bahwa The Federal Reserve kemungkinan akan menahan diri untuk melakukan pelonggaran kebijakan lebih agresif. Pasar menilai prospek pemangkasan suku bunga lanjutan bisa lebih terbatas, karena bank sentral tetap harus menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan dan mengendalikan inflasi.

Kondisi ini membuat dolar AS kembali perkasa dan berimbas pada tekanan tambahan bagi rupiah. Investor pun cenderung mengalihkan portofolio mereka ke aset berbasis dolar, seiring dengan imbal hasil yang relatif lebih menarik dibandingkan aset negara berkembang.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan komitmen bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus menerus, melalui intervensi NDF," kata Perry dalam pernyataannya, Jumat (26/9/2025).

Selain itu, dia mengatakan BI juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk turut bersama-sama menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif, sehingga stabilitas nilai tukar Rupiah dapat tercapai dengan baik.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tajam, Nilai Tukar Dolar AS Turun Jadi Rp16.385

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular