
Bos Garuda Ikut Prabowo ke AS, Mau Nego Beli Pesawat Boeing

Jakarta, CNBC Indonesia - PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) saat ini sedang bertemu dengan perusahaan produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), Boeing untuk penambahan pesawat tahun ini. Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani saat ini sedang bertemu dengan pihak Boeing bersamaan dengan lawatan bersama Presiden RI Prabowo Subianto.
"Untuk keperluan kerja sama jangka panjang inilah Bapak Direktur Utama kami hari ini mendampingi Bapak Presiden Republik Indonesia dalam lawatan beliau ke Amerika Serikat untuk melakukan diskusi lanjutan terkait rencana pengadaan armada dari Boeing," kata Direktur Niaga Garuda Reza Aulia Hakim saat rapat dengan Komisi VI di gedung DPR RI Jakarta, Senin (22/9).
Menurutnya, penambahan armada secara bertahap dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menangkap potensi pertumbuhan pasar. Adapun target penambahan armada pesawat di akhir tahun 2025 ini sejumlah 7 pesawat tambahan.
Kerja sama dengan Boeing dilakukan secara jangka panjang. Negosiasi dilakukan agar Garuda Indonesia mendapatkan kepastian jumlah pesawat dan harga yang lebih kompetitif.
"Sebagaimana dipesankan oleh pimpinan di awal pertemuan Garuda Indonesia. Pertemuan Garuda Indonesia bersama-sama dengan pembandingan lain akan memastikan agar pembelian tersebut membawa untungan optimal baik secara strategis, operasional dan juga finansial," jelasnya.
Sebagai informasi, Indonesia telah berkomitmen untuk membeli 50 unit pesawat Boeing, yang sebagian besar merupakan model Boeing 777. Rencana itu termasuk dalam rangkaian kesepakatan tarif 19% untuk seluruh produk ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat (AS). Adapun, Airlangga menyebutkan bahwa rencana tersebut masih belum deal.
VP Corporate Secretary Garuda Indonesia, Cahyadi Indrananto menegaskan, belum terjadi kesepakatan dan penandatangan dari kedua pihak karena Boeing meminta pembayaran uang muka atau Down Payment (DP).
"Jadi saat itu belum deal (belum bisa tanda tangan MoU), karena Boeing meminta pembayaran DP sebagai bagian dari penandatangan MOU itu. Hal tersebut yang kemudian kami terus negosiasikan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/7).
Cahyadi menjelaskan ada aturan tersendiri bagi Garuda untuk dapat membayarkan DP, dan hal ini yang sedang dikomunikasikan saat itu kepada pihak Boeing.
"Saat ini kedua belah pihak sudah sepaham mengenai ketentuan DP, oleh karena itu komunikasi kami saat ini tidak lagi mempersoalkan hal tersebut, namun fokus pada hal-hal lain seperti jumlah, tipe pesawat, timeline delivery, dan sebagainya," tuturnya.
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) melalui PT Danantara Asset Management (Persero) telah memberikan pinjaman dana kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk mendukung transformasi pengelolaan portofolio strategis.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani mengatakan dukungan transformasi komprehensif ini mencakup optimalisasi bisnis, pendanaan jangka panjang, seta pendampingan menyeluruh berbasis tata kelola dan restrukturisasi penyehatan kinerja senilai US$ 405 juta atau setara dengan Rp 6.650.505.000.000.
Melalui sinergi ini, pendanaan tersebut untuk mendanai kebutuhan maintenance, repair and overhaul (MRO), yang merupakan bagian dari total dukungan pendanaan bernilai yang totalnya sekitar US$ 1 miliar atau Rp 16 triliun.
Suntikan dana ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap pemulihan kinerja, kepercayaan pasar, dan daya saing Garuda Indonesia secara menyeluruh, termasuk melalui integrasi teknologi untuk mendorong efisiensi dan produktivitas operasional.
Optimalisasi Kinerja
Selanjutnya, dukungan pembiayaan tersebut akan diikuti oleh berbagai langkah yang berfokus pada optimalisasi kinerja operasional dan keuangan guna mendukung transformasi bisnis jangka panjang menjadi maskapai penerbangan yang berkelanjutan.
Di tengah tren pemulihan trafik udara di Asia dan Pasifik yang masih berlangsung, proyeksi pertumbuhan trafik udara di Indonesia akan mencapai rata-rata 8% selama 4 tahun ke depan.
Pertumbuhan ini menjadi landasan bagi Garuda Indonesia Group untuk segera memperkuat posisi sebagai player di transportasi udara, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.
Diproyeksikan Garuda Indonesia akan mengoperasikan total sekitar 120 pesawat hingga lima tahun ke depan. Dengan kemitraan bersama Danantara akan mendorong percepatan akselerasi kinerja Garuda Indonesia sebagai nasional flag carrier yang kuat dan berdaya saing tinggi.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erick Thohir Buka Opsi Boeing Pasok Pesawat ke Garuda Indonesia (GIAA)
