Jumlah Kredit Menganggur (Undisbursed Loan) Bank Capai Rp 2.372 T

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 September 2025 18:20
Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Economic Outlook 2023 dengan tema
Foto: Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Economic Outlook 2023 dengan tema

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, permintaan kredit yang masih lemah menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan kredit.

Kredit perbankan ia bilang masih tumbuh di kisaran 7%, meskipun mampu tumbuh lebih cepat pada Agustus 2025 sebesar 7,56% dari bulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,03%.

Selain karena suku bunga kredit yang turunnya lambat, hanya 7 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,13% pada Agustus 2025, lemahnya penyaluran kredit juga disebabkan permintaannya yang loyo tercermin dari tingginya angka undisbursed loan.

Undisbursed loan adalah kredit menganggur atau fasilitas kredit yang belum ditarik oleh nasabah bank nya.

"Kenapa kredit belum tumbuh kuat, karena dari sisi permintaan kredit masih terdapat undisbursed loan yang besar," kata Perry saat konferensi pers hasil rapat dewan gubernur secara daring Rabu (17/9/2025).

Perry mengatakan, rasio undisbursed loan pada Agustus 2025 yang mencapai Rp 2.372,11 triliun atau 22,71% dari plafon kredit yang tersedia. Rasio undisbursed loan terbesar terutama pada sektor Industri, Pertambangan, Jasa Dunia Usaha, dan Perdagangan, dengan jenis kredit modal kerja.

"Jadi kredit yang sudah diberikan bank, itu pun memang juga belum semuanya digunakan oleh perbankan dan karena itu terjamin pada tentu saja yang tadi saya sampaikan adalah dalam undisbursed loan," tegas Perry.

Sementara itu, dari sisi penawaran kredit, Perry mengatakan sebetulnya masih cukup kencang. Kenaikan kredit didukung oleh longgarnya likuiditas perbankan sebagaimana tercermin dari tingginya Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,25% pada Agustus 2025.

Besarnya likuiditas di perbankan itu sejalan dengan ekspansi likuiditas moneter dan kebijakan likuiditas makroprudensial atau KLM Bank Indonesia, serta minat penyaluran kredit perbankan yang membaik sebagaimana tercermin pada persyaratan pemberian kredit (lending requirement).

"Namun demikian, tingginya suku bunga kredit masih menjadi salah satu faktor penahan peningkatan kredit/pembiayaan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," papar Perry.


(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! BI Rate April 2025 Tetap di 5,75%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular