
Tak Hanya Rokok, Bisnis Tol & Bandara Gudang Garam (GGRM) Juga Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia - Di saat penjualan rokok sedang tertekan, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mengungkapkan bahwa bisnis jalan tol dan bandara juga mengalami hambatan.
Direktur GGRM, Istata Siddharta mengatakan pembangunan Jalan Tol Kediri-Tulungagung terlambat. Menurutnya, urusan pembangunan tol yang diprakarsai perusahaan itu rumit, karena terkoneksi dengan beberapa jalan tol lainnya.
"Untuk jalan tol yang di luar kendali kami, dan memang ada kelambatan di situ buat pelaksanaan konstruksi dan penyelesaiannya. Itu memang sedikit menjadi masalah buat kami karena akan meleset beberapa tahun dari target penyelesaiannya," ujar Istata saat public expose live 2025 yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia (BEI) secara virtual, Kamis (11/9/2025).
Adapun Jalan Tol Kediri - Tulungagung terdiri dari Akses Tol Bandara Dhoho sepanjang 6,82 Km dan Main Road (Seksi 1 + Seksi 2) Kediri - Tulungagung sepanjang 37,35 Km (termasuk Jalan Akses). Biaya investasi pembangunan Jalan Tol ini sebesar Rp9,92 triliun dengan masa konsesi 50 tahun terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Mulanya, jalan tol direncanakan mulai konstruksi pada Kuartal II-2024 dan ditargetkan beroperasi pada Kuartal III-2025.
Sementara itu, Istata mengatakan GGRM masih memerlukan waktu untuk mengembangkan Bandara Dhoho yang diresmikan bulan November 2024 lalu. Ia mengatakan pihaknya sedang memproses bandara tersebut agar bisa meraih kualifikasi internasional.
"Untuk bandara sendiri, seperti kita ketahui, bandara ini juga suatu produk infrastruktur yang cukup besar dan memang memerlukan waktu untuk mendapat traction dan berkembang. Saat ini kami sedang berproses juga untuk memproses bandara ini sesuai dengan perizinan menjadi kualifikasi internasional," terang Istata.
Setelahnya, ia mengatakan GGRM akan mencoba menghidupkan Bandara Dhoho dalam beberapa tahun ke depan. "Supaya dia tetap hidup dan bisa berkembang," pungkasnya.
Mengutip detikcom, Bandara Dhoho Kediri sempat tidak melayani penerbangan komersial hingga akhir Juli 2025. Penghentian sementara ini disebabkan oleh kendala internal maskapai Citilink yang mengalami kekurangan armada karena sejumlah pesawat sedang menjalani perawatan.
Adapun Bandara Dhoho dibangun dengan standar internasional, dengan landasan pacu sepanjang 3.300 meter dan lebar 45 meter, mampu menampung pendaratan pesawat jet berbadan lebar. Terminal di bandara tersebut dirancang untuk menampung hingga 1,5 juta penumpang setiap tahunnya pada tahap awal, dan akan mampu menampung hingga 10 juta penumpang per tahunnya.
Untuk penerbangan pertama, maskapai Citilink Indonesia, menawarkan rute Jakarta-Kediri pulang dan pergi menggunakan pesawat tipe A320 CEO dengan kapasitas 180 penumpang. Penerbangan perdana tersebut dilakukan pada Jumat, 5 April 2024, menggunakan pesawat tipe A320 CEO dengan kapasitas 180 penumpang.
Bandara Dhoho Kediri dioperasikan oleh Angkasa Pura Indonesia sejak 29 Maret 2023 berdasarkan Kerja Sama Operasional antara PT Angkasa Pura I dengan PT Surya Dhoho Investama (SDhI).
Mengingatkan saja, GGRM mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga semester I tahun 2025 sebesar Rp 117,1 miliar. Laba tersebut anjlok 87,3% jika dibandingkan semester I tahun 2024 yang sebesar Rp 925,5 miliar.
Mengutip laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut karena pendapatan GGRM hingga Juni 2025 turun 11,4% jadi Rp 44,3 triliun dari perolehan Juni 2024 yang sebesar Rp 50,01 triliun.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Gudang Garam (GGRM) Anjlok 87% Jadi Rp117 M, Kenapa?
