Analis Sorot Fundamental BBCA Goyah! Asing Lepas Jumbo, Harga Anjlok

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
09 September 2025 08:55
Gedung Bank BCA
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia — Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas investor asing sepanjang tahun ini. Dari total net sell asing sebesar Rp55,19 triliun sepanjang tahun ini, BBCA menyumbang sebesar Rp23,3 triliun.

Padahal, BCA merupakan salah satu emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dahulu, banyak yang melihat BBCA sebagai saham yang prospektif.

Para analis mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya. Salah satunya, saham emiten perbankan Grup Djarum itu dibayangi oleh faktor fundamental.

Menurut Managing Director Solstice Indonesia, Handiman, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang mencerminkan kualitas aset kredit BCA, tembus 2,2% pada Juni 2025. Angka itu meningkat dari kuartal sebelumnya.

"Hal ini membuat BCA harus menaikkan beban provisi cukup signifikan tahun ini, dengan guidance Cost of Credit (CoC) dinaikkan dari 0.3% ke 0.3%-0.5%. Per Juli 2025, beban provisi bank-only naik 65% year on year menjadi Rp1,9 triliun," kata Handiman saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (8/9/2025).

Sementara itu, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menyorot bottom line BCA yang hanya tumbuh 8% yoy, melambat dari periode sebelumnya yang masih mampu tumbuh double digit.

Selain itu, Audi menyebut adanya tekanan suku bunga tinggi, termasuk Fed Fund Rate, sehingga mendorong capital outflow dari high risk asset ke low risk hingga aset safe havens, seperti USDT dan emas.

"Ketidakpastian ekonomi global, kenaikan tensi geopolitik, kebijakan tarif war AS hingga stand bank sentral yang belum sepenuhnya dovish, menciptakan kekhawatiran terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi, termasuk di Indonesia," terang Audi saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (8/9/2025).

Di sisi lain, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menyebut aksi asing menjual saham BBCA secara besar-besaran bisa dikaitkan dengan aksi profit taking. Ia menyoroti capital gain BBCA sudah cukup signifikan, jika melihat pergerakan dalam beberapa tahun terakhir.

"Sehingga secara natural menjadi target realisasi keuntungan. Selain itu, terdapat pula proyeksi perlambatan kinerja sektor keuangan, yang membuat pelaku pasar cenderung lebih berhati-hati terhadap saham-saham perbankan besar, ujar Ekky saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (8/9/2025).

Ia melanjutan, BBCA yang berkapitalisasi pasar terbesar juga kerap berperan sebagai proxy indeks. Oleh karena itu, kata Ekky, ketika terjadi arus keluar dana asing akibat ketidakpastian makro, seperti isu geopolitik, pelemahan rupiah, atau kondisi global yang bersifat risk-off, BBCA juga ikut terdampak secara mekanis.

"Dalam konteks ini, tekanan jual yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor eksternal dan rotasi portofolio global, bukan karena adanya masalah spesifik pada fundamental emiten itu sendiri," jelas Ekky.

Sebagai informasi, saham BBCA ditutup turun ke zona merah, di posisi 7.700 per saham. Sepanjang tahun ini, saham bank swasta terbesar itu telah anjlok 22,22%.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Diam-diam Borong Saham Tambang Kala IHSG Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular