
Prancis di Ujung Krisis, Imbal Hasil Obligasi Tertinggi Sejak 2011

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil obligasi jangka panjang Prancis melonjak ke level tertinggi sejak 2011 pada hari Selasa (2/9/2025). Kekhawatiran investor atas situasi politik menjadi penyebab.
Sejak pekan lalu pemerintahan Perdana Menteri (PM) Francois Bayrou, terancam runtuh. Mosi tidak percaya ke dirinya akan dibahas pekan depan, Senin 8 September.
Imbal hasil obligasi pemerintah 30 tahun mencapai 4,5% menjelang pemungutan suara, naik dari 4,45% pada penutupan perdagangan hari Senin. Imbal hasil obligasi pemerintah Prancis bertenor 10 tahun juga telah meningkat, mencapai 3,58% pada hari Selasa dan mendekati level yang sama dengan Italia, yang telah lama dianggap sebagai negara dengan anggaran terhambat di Eropa.
"Kenaikan biaya pinjaman Prancis itu merupakan tanda ketidakpercayaan yang sangat negatif dari para investor," ujar Aurelien Buffault, manajer obligasi di perusahaan pengelola aset Delubac, dimuat AFP.
Bayrou sendiri sudah meluncurkan serangkaian pertemuan dengan partai-partai politik untuk mendapatkan dukungan. Hal ini terkait anggaran penghematannya yang bertujuan memangkas tumpukan utang Prancis yang terus meningkat.
PM ingin menghemat sekitar US$51 miliar (Rp 837 triliun). Tetapi rencananya yang mencakup pengurangan jumlah hari libur dan pembekuan kenaikan belanja, terbukti tidak populer.
"Kesulitan politik dan defisit anggaran yang tinggi bagaikan kriptonit bagi pasar obligasi saat ini, yang membuat Prancis menjadi incaran para investor obligasi," kata direktur riset di platform perdagangan XTB, Kathleen Brooks.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
