Astra (ASII) Bongkar Strategi Hadapi Gempuran Mobil Listrik China

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
27 August 2025 14:55
PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang dinaungi oleh PT Astra International Tbk. (ASII) resmi meluncurkan mobil hibrida terbaru, Rocky Hybrid di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang dinaungi oleh PT Astra International Tbk. (ASII) resmi meluncurkan mobil hibrida terbaru, Rocky Hybrid di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia — PT Astra International Tbk (ASII) membeberkan strategi bisnis dalam menghadapi gempuran kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) baru dan industri otomotif nasional yang sedang lesu. Diketahui, pendapatan otomotif Astra anjlok sepanjang paruh pertama tahun ini seiring dengan mobil listrik China yang membanjiri pasar. 

Direktur Astra Henry Tanoto mengatakan bahwa persaingan selalu ada di industri otomotif, yang mana baik untuk konsumen dan industri itu sendiri.

Henry mengatakan strategi Astra adalah selalu konsisten dalam menyediakan teknologi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang sangat bervariasi di Indonesia. Dengan konsistensi tersebut, ia menyebut Astra selama 20 tahun terakhir berhasil mempertahankan market share kita di atas 50%.

Terkait strategi dalam menyediakan produk, Henry mengatakan perlu melihat kebutuhan konsumen. Terlebih dengan faktor daya beli yang berbeda-beda di kota besar, kecil dan daerah rural.

Kebutuhan mobil masyarakat pun berbeda-beda, ada yang perlu mobil berkapasitas lima bangku dan tujuh bangku.

Henry mengatakan kesiapan infrastruktur di setiap wilayah juga berbeda-beda. Saat ini, infrastruktur EV di kota besar lebih siap dibanding kota kecil.

"Maka saat ini, kalau kita lihat penetrasi EV yang 10% itu, hampir 90% itu terkonsentrasi di Jakarta dan kota besar," pungkas Henry saat Public Expose ASII 2025 secara virtual, Rabu (27/8/2025).

Selain karena kesiapan infrastruktur, para customer di wilayah tersebut merupakan additional buyer yang tidak sensitif dengan nilai jual kembali mobil EV yang cenderung terjun bebas.

Maka demikian, Henry mengatakan penjualan mobil bertenaga mesin pembakaran internal atau internal combustion engine (ICE) dan mobil hybrid yang berkontribusi 90% terhadap penjualan otomotif nasional, tersebar cukup merata di kota besar, kota kecil, dan daerah rural.

Melihat ini, Astra menyediakan produk yang lengkap, mulai dari ICE, hybrid, dan battery electric vehicle (BEV). Belum lama ini di GIIAS 2025, kata Henry, pihaknya meluncurkan dua produk baru BEV, yakni new BZ4x yang diproduksi lokal dan urban cruiser BEV. Untuk hybrid, Astra telah meluncurkan Rocky Hybrid yang harganya di bawah Rp300 juta, untuk melengkapi produk-produk hybrid yang sudah ada.

"On top of itu juga sebenarnya kita juga sedang menyiapkan produk hybrid lainnya yang akan berada di mass market segment," ucap Henry.

Tidak kalah penting, Astra juga menyiapkan layanan terhadap kebutuhan otomotif masyarakat yang bervariasi. Dalam hal ini, ekosistem pembiayaan, asuransi kendaraan, after-sales, dan trade in.

"Jadi akhirnya dari total ekosistem layanan yang kita miliki, inilah yang kenapa resale value dari produk Astra itu lalu terjaga dengan baik," tukas Henry.

Maka demikian, ia meyakini ke depannya Astra mampu menyelaraskan portofolio produk dan layanan sesuai dengan perubahan kebutuhan mobilitas yang terjadi di masyarakat.

"Dan kita juga confident, yakin bahwa kita bisa beradaptasi cepat dan tumbuh di tengah transisi energi di dalam industri otomotif ini. Ya akhirnya kita harapkan kita bisa terus menjadi pilihan utama dari konsumen," imbuh Henry.

Seperti diketahui, industri otomotif tengah menghadapi penurunan penjualan karena beberapa tantangan. Mulai dari daya beli masyarakat yang anjlok, hingga perang harga mobil karena menjamurnya merek kendaraan listrik baru China yang kompetitif.

Astra pun tidak terelakkan dari tantangan tersebut.

Segmen otomotif jadi pemberat kinerja keuangan Astra sepanjang semester I-2025. Pasalnya segmen yang berkontribusi terhadap 38% total pendapatan pendapatannya turun 8,13% secara tahunan menjadi Rp61,71 triliun.

Pada sisi bottom line, ASII membukukan laba diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp15,52 triliun, turun 2,15% dari pencapaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp15,86 triliun.

Penurunan laba tersebut di tengah perolehan pendapatan yang bertumbuh tipis, hanya 1,81%. Jumlah pendapatan ASII yang mampu dikantongi pada semester pertama 2025 sebesar Rp162,86 triliun dibandingkan dengan perolehan periode yang sama pada tahun lalu Rp159,97 triliun.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Astra (ASII) Bicara Rencana Bisnis di RS Hermina (HEAL)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular