CNBC Insight

Momen Prabowo Berlutut, Tokoh Aceh Ini Sumbang Emas untuk Pesawat RI

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
27 August 2025 11:50
Presiden Prabowo Subianto memberikan tanda jasa dan kehormatan dalam rangka peringatan HUT RI. Ada 141 tokoh yang menerima anugerah tanda jasa dan kehormatan tersebut. (Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Prabowo Subianto memberikan tanda jasa dan kehormatan dalam rangka peringatan HUT RI. Ada 141 tokoh yang menerima anugerah tanda jasa dan kehormatan tersebut. (Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dari 141 tokoh penerima tanda kehormatan, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan sikap berbeda kepada satu orang, yakni Nyak Sandang. Saat mengalungkan Bintang Jasa Utama di Istana Negara, Senin (25/8), Prabowo berlutut di hadapan Nyak Sandang yang duduk di kursi roda.

Nyak Sandang kemudian menepuk pundak Prabowo yang kemudian dibalas dengan memberi hormat. Sikap itu wajar sebab Nyak Sandang memang berjasa besar bagi negara di masa awal berdirinya republik Indonesia.

Dia dinilai berjasa dalam perjuangan kemerdekaan sekaligus dan mewujudkan kemandirian transportasi udara nasional. Sebab, 77 tahun lalu, pria kelahiran 1927 itu rela menyumbangkan harta demi membantu Presiden RI membeli pesawat pertama Republik Indonesia, Seulawah RI-001.

Cerita bermula pada 16 Juni 1948. Kala itu, Presiden Soekarno datang ke Aceh untuk meminta bantuan rakyat. Aceh disebut Bung Karno sebagai daerah modal karena kekayaan yang dimilikinya.

Dalam sebuah jamuan makan bersama para saudagar Aceh yang tergabung dalam Gasida (Gabungan Saudagar Indonesia Aceh), Soekarno menjelaskan kondisi negara yang tengah sulit. Blokade dan agresi militer Belanda membuat kas negara kosong.

Secara khusus, Soekarno meminta rakyat Aceh membantu membeli pesawat. Pesawat itu kelak akan menjadi jembatan udara dari satu pulau ke pulau lain.

"Untuk itu saya anjurkan agar kaum saudagar bersama-sama rakyat mengumpulkan dana untuk membeli kapal udara, umpamanya pesawat Dakota yang harganya 25 kg emas," kata Soekarno, dikutip dari Jihad Akbar dalam Medan Area (1990).

Menariknya, ucapan itu juga dibumbui ancaman bernada bercanda. Bung Karno menegaskan tidak akan makan sebelum mendapat kepastian rakyat Aceh mau membantu membeli pesawat.

Ketua Gasida, M. Djoenoed Joesoef, segera merespons dengan menyatakan kesediaan. Mendengar itu, barulah Bung Karno mau makan.

Beberapa hari kemudian, tokoh besar Aceh Daud Beureueh menyebarkan kabar tersebut kepada masyarakat. Saat berpidato di Pasar Lamno, Aceh Jaya, salah satu pendengarnya adalah Nyak Sandang yang kala itu baru berusia 21 tahun.

Dalam paparan riset berjudul "Sumbangan Nyak Sandang Kepada Negara Republik Indonesia dalam Pembelian Pesawat Seulawah RI-001" (2002), Nyak Sandang bercerita kalau hatinya langsung tergerak.

Dia pulang ke rumah lalu meminta izin ayahnya untuk menjual kebun seluas 1 hektar berisi 40 pohon. Akibat dijual cepat, harganya murah. Kebun itu laku seharga 100 rupiah atau setara 20 mayam emas. Satu mayam setara 3 gram, sehingga jumlahnya sekitar 60 gram emas.

Hasil penjualan itu langsung dia serahkan ke kantor bupati.

Sumbangan Nyak Sandang kemudian digabungkan dengan sumbangan masyarakat Aceh lainnya. Total, rakyat Aceh berhasil mengumpulkan 50 kg emas. Dana itu cukup untuk membeli bukan hanya satu, tetapi dua pesawat. Satu atas nama Gasida dan satu lagi atas nama rakyat Aceh.

Atas jasanya, Nyak Sandang tidak dilupakan pemerintah. Dia mendapat berbagai bentuk penghargaan. Mulai dari bantuan pengobatan, biaya umrah, pembangunan masjid sesuai permintaannya, hingga dana pensiun.

Terbaru, dia menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo Subianto.

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo: Orang Selalu Bicara Kalau Pasar Saham Jatuh, Kalau Naik Diam!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular