
Bangsa Barat Mau Hancur, Konglomerat Ini Tinggalkan Inggris

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat perkapalan John Fredriksen, yang menempati peringkat kesembilan orang terkaya di Inggris, resmi meninggalkan negara tersebut. Keputusan ini menambah daftar panjang miliarder yang hengkang dari Inggris dalam beberapa bulan terakhir.
Melansir Money Wise, Pria kelahiran Norwegia yang kini menjadi warga sipil Siprus itu dilaporkan telah memberhentikan lebih dari selusin karyawan rumah tangga-nya. Ia juga secara diam-diam memasang iklan penjualan untuk The Old Rectory, rumah mewah seluas 30.000 kaki persegi yang menjadi tempat tinggalnya di London.
Dalam wawancara dengan media Norwegia E24, Fredriksen menyebut kenaikan pajak bagi warga kaya sebagai alasan utama kepindahannya. "Britania sudah seperti neraka, layaknya Norway. Seluruh bangsa Barat tengah menuju kehancuran," ujarnya.
Fredriksen memastikan dirinya akan pindah ke Uni Emirat Arab untuk menghindari tekanan pajak dan apa yang disebutnya sebagai penurunan kualitas hidup di Barat. Kepindahan ini menegaskan tren eksodus kalangan super kaya dari Inggris.
Selama puluhan tahun, London dikenal sebagai "taman bermain" bagi orang super kaya dunia. Reputasi itu terbentuk berkat sistem pajak yang menguntungkan, termasuk status non-domicile atau "non-dom" yang memungkinkan penduduk asing tidak membayar pajak atas penghasilan luar negeri.
Dengan status non-dom, seseorang hanya dikenai pajak atas penghasilan dari Inggris, sementara penghasilan global tetap bebas pajak selama tidak dibawa masuk. Sistem ini membuat banyak miliarder betah tinggal di Inggris, termasuk Fredriksen yang memanfaatkan posisinya sebagai warga negara Siprus.
Namun, sistem non-dom menuai kritik karena dianggap menghambat masuknya modal ke perekonomian Inggris. Akhirnya, rezim pajak khusus ini resmi dihapus pada April lalu, memicu arus keluar kekayaan besar-besaran.
Selain Fredriksen, tokoh lain yang dilaporkan meninggalkan Inggris adalah Richard Gnodde, wakil ketua Goldman Sachs asal Afrika Selatan, dan Nassef Sawiris, miliarder Mesir sekaligus pemilik klub sepak bola Aston Villa. Lakshmi Mittal, taipan baja asal India, juga dikabarkan sedang mempertimbangkan langkah serupa.
Dampak eksodus miliarder ini mulai terlihat pada pasar properti mewah di London. Rumah-rumah elite yang ditinggalkan orang kaya kini membanjiri pasar dengan jumlah penawaran yang mencapai rekor tertinggi.
Menurut Forbes, Fredriksen tengah menyiapkan penjualan rumah 10 kamar tidur di Chelsea senilai 337 juta dolar AS (setara £250 juta). Properti itu memiliki taman pribadi terbesar ketiga di London dan berpotensi menjadi salah satu transaksi rumah termahal di Inggris.
Namun, kelebihan suplai rumah mewah membuat harga bisa jatuh di bawah perkiraan. LonRes mencatat volume transaksi anjlok 35,8% dibanding tahun lalu, dengan diskon rata-rata 9,1% pada properti kelas atas.
Bagi para non-dom yang keluar, situasi ini adalah kabar buruk karena melemahkan nilai aset mereka. Sebaliknya, bagi kalangan kaya Amerika, kondisi ini dipandang sebagai "kesempatan sekali dalam satu generasi" untuk membeli properti di Inggris di tengah ketidakpastian politik dan kriminalitas di negeri mereka.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Negara dengan Jumlah Orang Kaya Terbanyak di Dunia