
Jurus SOLA Perkuat Infrastruktur Jalan dan Rantai Pasok Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten yang bergerak di industri pengolahan aspal, PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) terus memperkuat infrastruktur jalan dan rantai pasok batu bara di Tanah Air. Hal ini dibuktikan oleh anak usahanya, PT Modifikasi Bitumen Sumatera (PT MBS) yang memantapkan langkahnya menjadi pelopor aspal modifikasi dalam negeri.
Berteknologi tinggi, berbasis lingkungan, dan berorientasi nilai tambah, PT MBS menjadi tulang punggung SOLA dalam mengamankan proyek-proyek infrastruktur jalan, mulai dari Lampung hingga Aceh. Lewat pabriknya, PT MBS mengolah bahan baku aspal kemudian menjadi produk bernilai tinggi. Produknya pun bermacam-macam, mulai dari aspal karet berbasis natural rubber, aspal polimer, hingga aspal emulsi dengan berbagai spesifikasi.
Direktur Utama PT Modifikasi Bitumen Sumatera, Imam Buchairi mengatakan, aspal PG76 ini merupakan aspal yang diformulasi khusus untuk meningkatkan ketahanan terhadap panas. Aspal ini cocok untuk diaplikasikan pada jalan tambang yang umumnya memiliki temperatur yang ekstrim.
"Jadi dengan menggunakan aspal PG76 ini akan meningkatkan ketahanan dan akan memperlama umur dari jalan tersebut. Jadi kalau untuk di jalan chipseal ini kita menggunakan konstruksi yang ada CTB kemudian di atas lapisan chipseal itu menampung beban sampai 100 ton. Kalau untuk di jalan nasional rata-rata dibatasi sampai 30 ton, jadi bedanya sangat jauh," ujar dia dalam Program Closing Bell CNBC Indonesia, dikutip Kamis (21/8/2025).
Pada 2025, PT MBS mendapat kontrak untuk menyuplai aspal emulsi sebesar 3.800 metrik ton ke Riau. Aspal emulsi dan polimer PG76 dari pabrik PT MBS akan digunakan sebagai material aspal untuk konstruksi jalan double chipseal pada infrastruktur jalan hauling batubara oleh PT Aplikasi Bitumen Indonesia (PT ABI).
Sementara itu, Direktur Utama PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) Mochamad Bhadaiwi menyampaikan, jalan dengan konstruksi double chipseal memiliki karakteristik berupa lapisan tipis yang menggunakan aspal polimer hasil produksi entitas anak PT MBS.
"Pertama kita bangun dengan jalan CTB (Cement Treated Base) dulu. Kemudian diatas lapisan CTB dihamparkan lapisan double chipseal, dua lapis. Itu adalah dengan tujuan agar meningkatkan skid resistance. Untuk meningkatkan keselamatan dan untuk mengurangi debu yang ada di jalan hauling," jelasnya.
Di samping itu, Mochamad Bhadaiwi menjelaskan,
PT ABI ini saat ini menjadi kontributor utama pendapatan induk perusahaan. Terbukti, ABI berkontribusi sekitar 60%-70% pendapatan SOLA pada tahun ini. Selain itu, SOLA juga menerima kontrak untuk pembangunan Wisma Titan yang ada di jalan hauling dua bulan yang lalu.
Tak ketinggalan, SOLA melalui PT ABI juga berkomitmen dengan green infrastructure. Dalam hal ini, PT ABI melakukan efisiensi atau menggunakan produk aspal emulsi lebih banyak. Sebab, aspal tersebut hanya mengkonsumsi sedikit energi dalam pengerjaannya.
"Jadi ada produk cold mix, ada produk aspal emulsi itu merupakan aspal- aspal yang lebih ramah lingkungan ketimbang aspal hot mix," kata dia.
Produk aspal tersebut telah dipakai di berbagai proyek nasional di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa dengan kualitas yang lolos standar Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. Aspal yang diolah di Muara Enim kini menjadi bagian dari jalur distribusi batubara, kawasan industri, hingga jalan nasional.
Sementara itu, Direktur PT Servo Lintas Raya Julkarnain Roi menyebut, bisnis yang dijalankan perusahaan memang berada di sektor logistik, termasuk pengangkutan batubara dari hulu ke hilir. Dengan jalan sepanjang 118 kilometer dengan konstruksi chipseal memberi keuntungan yang mana salah satunya perlindungan permukaan jalan.
"Chipseal ini membantu melindungi lapisan luar jalan dari kerusakan akibat air hujan dan cuaca ekstrim," jelas dia.
Dengan adanya inovasi di bidang aspal tersebut, PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) yakin target pendapatan Rp 196,8 miliar bisa tercapai pada tahun 2025. Optimisme ini didukung oleh sejumlah kontrak yang sudah didapat, seperti jalan hauling yang melibatkan bahan baku dari Timur Tengah.
Tak hanya itu, SOLA juga bersiap melakukan diversifikasi bisnis dengan terjun ke teknologi lingkungan dan energi bersih berupa pengembangan proyek CCUS bersama perusahaan Amerika Serikat, untuk decarbonisasi pada industri-industri besar penyumbang emisi CO2 dan pembangkit-pembangkit listrik batubara.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
