OJK Kaji Regulasi Universal Banking, Perluas Bisnis ke Pasar Modal

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
11 August 2025 11:55
Sejumlah pengunjung di dalam ruangan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Sejumlah pengunjung di dalam ruangan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengkaji penerapan regulasi universal banking. Hal ini dilakukan untuk mendukung pasar modal Indonesia.

Untuk diketahui, universal banking adalah model perbankan di mana satu institusi keuangan dapat menawarkan berbagai jenis layanan keuangan sekaligus, mulai dari perbankan komersial (tabungan, giro, kredit), perbankan investasi (underwriting, penjaminan emisi, advisory), hingga layanan non-bank seperti asuransi, manajemen aset, dan sekuritas.

Beberapa bank besar yang menganut konsep universal banking antara lain HSBC Holdings plc, Citigroup Inc dan Deutsche Bank AG.

Indonesia sendiri belum mengadopsi universal banking penuh seperti di Eropa. Karena secara regulasi, UU Perbankan dan aturan OJK/BI membatasi kegiatan bank pada bidang usaha tertentu dan mewajibkan pemisahan entitas untuk layanan non-perbankan.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengemukakan bahwa pihaknya tengah menggodok rancangan regulasi terkait hal ini. Hal ini dilakukan melalui kerja sama dengan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae.

"Termasuk yang sangat menarik, pengkajian yang sedang dilakukan terkait dengan kemungkinan universal banking," ucap Mahendra dalam Seremoni Pembukaan Perdagangan dalam Rangka 48 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, di Jakarta, Senin, (11/8/2025).

Pada kesempatan yang sama, Mahendra mengatakan Pasar modal Indonesia berperan penting dalam menopang stabilitas ekonomi. Meski pada kuartal kedua tahun ini Indonesia mengalami tekanan berat, namun pasar modal Indonesia tetap mampu menunjukkan resiliensi dan kapasitas adaptasi yang baik.

"Ini menjadi bukti bahwa infrastruktur pasar modal kita semakin tangguh dalam menghadapi gejolak eksternal dan komitmen bersama kita untuk menjaga stabilitas dan kepastian sekalipun dengan kondisi eksternal yang tidak semakin mudah," kata Mahendra.

Hingga Jumat, 8 Agustus 2025, IHSG ditutup di posisi 7.533,39 artinya menguat 6,41% year to date dengan kapitalisasi pasar menguat sebesar 9,88% menjadi Rp13.555 juta. Sementara itu pasar surat utang menunjukkan pertumbuhan positif dengan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) ditutup di level 421,81 yang berarti mencatatkan kenaikan 7,42 persen.

Aktifitas penghimpunan dana dari pasar modal telah mencapai Rp144,78 triliun dengan 16 emiten baru dan masih terdapat 13 perusahaan dalam pipeline penawar umum dengan nilai indikatif Rp16,65 triliun.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos OJK: Kredit Perbankan Bisa Tumbuh 9% - 11% di 2025

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular