
Kisah Miliarder Muslim Terkaya Rusia Suleiman Kerimov

Jakarta, CNBC Indonesia - Suleiman Kerimov, seorang miliarder Muslim asal Dagestan mendanai sebuah kompleks sinagoga di utara kota bersejarah Derbent, Republik Dagestan, Rusia. Ia menyatakan bahwa pembangunan ini dilakukan demi perdamaian dunia, dengan mendirikan sinagoga berdampingan dengan rumah ibadah umat Islam.
Pekan ini, Kerimov dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya di Rusia, menggeser taipan logam Vladimir Potanin. Lonjakan harga emas membuat kekayaan Kerimov melonjak menjadi US$24,7 miliar atau sekitar Rp400.93 triliun, menjadikannya tokoh utama dalam peta kekayaan Rusia.
Melansir The Bell, Kerimov dikenal luas dengan kisah hidupnya yang penuh perjuangan. Ia pernah mengalami luka bakar parah dalam kecelakaan mobil tahun 2006, hampir kehilangan seluruh hartanya saat krisis 2008, dan dijatuhi sanksi oleh AS pada 2018.
Langkah Kerimov di dunia bisnis besar dimulai tahun 1999 dengan membeli Nafta Moskva hanya seharga US$50. Ia memanfaatkan aset perusahaan itu sebagai jaminan pinjaman, menjadikannya pijakan awal dalam membangun kekayaan.
Di tahun yang sama, ia memasuki dunia politik sebagai anggota partai Liberal Demokratik, yang secara nominal oposisi tetapi setia pada Kremlin. Sejak 2008, ia menjabat sebagai senator di Dewan Federasi Rusia mewakili Republik Dagestan.
Pada 2004, Nafta Moskva mulai mengakumulasi saham perusahaan besar seperti Gazprom dan Sberbank. Keberhasilannya mengakses pinjaman murah didukung pengetahuan pasar, kemampuan negosiasi, serta kedekatannya dengan pejabat berpengaruh seperti Igor Shuvalov.
Tahun 2006, ia mulai berekspansi ke luar negeri dengan bantuan Allen Vine, mantan kepala Merrill Lynch cabang Rusia. Namun, kecelakaan mobil di Nice membuat semua rencana terhenti dan ia harus menjalani perawatan panjang akibat luka bakar.
Awal 2008, ia telah menjual hampir seluruh aset Rusia-nya dan memegang sekitar US$20 miliar tunai. Uang itu digunakan untuk membeli saham di perusahaan-perusahaan global seperti BP, Boeing, Deutsche Bank, dan Morgan Stanley.
Namun saat krisis keuangan global melanda, Kerimov hampir kehilangan segalanya. Forbes mencatat, ia hanya menyisakan rumah, mobil, dan jet pribadinya sebelum akhirnya bangkit kembali dengan fokus di pasar domestik Rusia.
Ia membeli perusahaan konstruksi PIK yang terlilit utang dan mengakuisisi hampir 40% saham Polyus Gold pada 2009. Pinjaman untuk pembelian Polyus Gold didapat dari bank milik negara, VTB, dan menjadi investasi paling menguntungkan yang dimilikinya.
Sejak pandemi, kekayaannya meningkat US$14,7 miliar, terutama dari kepemilikan 77% saham Polyus Gold melalui putranya, Said Kerimov. Kini, Kerimov duduk di puncak daftar orang terkaya Rusia, meski berada di bawah sanksi AS dan sempat diselidiki Prancis.
Sanksi maupun tuduhan pencucian uang yang telah dibatalkan tak menghalangi Kerimov menorehkan jejaknya sebagai simbol kekuatan, pemulihan, dan kini, perdamaian antar umat beragama. Proyek sinagoga Derbent menjadi bukti nyata dari visi tersebut.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
