
Ribut China-AS, Xi Jinping Tolak Tudingan Trump Soal Covid-19
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 May 2020 09:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dengan Amerika Serikat (AS) belakangan kembali memanas. Presiden Xi Jinping sempat buka suara soal tudingan Presiden AS Donald Trump mengenai kegagalan China dalam menangani wabah virus corona (COVID-19).
Dalam pidatonya untuk Majelis Kesehatan Dunia (WHA), Xi mengatakan China sudah sangat transparan mengenai penyebaran virus tersebut. Ia juga menyatakan China telah melakukan segala daya dalam menolong negara lainnya.
"China selalu memiliki sikap terbuka, transparan dan bertanggung jawab," ujar Xi sebagaimana dikutip AFP awal pekan ini, Senin (18/5/2020).
Xi menambahkan China juga mendukung evaluasi komprehensif terhadap pandemi ini, dengan syarat penyelidikan harus dipimpin oleh WHO dan memegang prinsip objektivitas.
Di kesempatan yang sama, Xi juga berjanji bakal memberikan vaksin COVID-19 kepada dunia, segera setelah ditemukan oleh para ilmuwan. Vaksin yang sukses dari China akan menjadi menjadi barang umum milik global, sehingga semua negara dapat mengaksesnya.
"Ini akan menjadi kontribusi China untuk memastikan aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin di negara-negara berkembang," katanya, dikutip dari The Strait Times. Xi pun akan memberi bantuan dana pada WHO hingga US$ 2 miliar.
Trump selalu menuding China gagal membendung wabah ini, sehingga penyakit tersebut menjadi pandemi yang menyebar secara global. Trump juga mengatakan ia memiliki bukti bahwa virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini berasal dari laboratorium virologi di Wuhan.
Wuhan sendiri adalah ibukota provinsi Hubei, China yang menjadi episentrum pertama penyebaran virus dari keluarga coronavirus pada Desember 2019 lalu.
Trump pun sempat berujar enggan berkomunikasi dengan Xi. Ia bahkan mengancam memutus hubungan dengan China, yang membuat global khawatir akan ancaman babak baru perang dagang.
Terlepas dari permasalahan tersebut, kedua negara kini tengah berpacu dengan waktu dan bahkan berlomba satu sama lain untuk segera menemukan vaksin virus corona yang efektif.
Dalam catatan World Health Organization (WHO), setidaknya kini ada 8 vaksin corona yang sedang diujicobakan ke manusia. Empat vaksin dikembangkan di China. Sisanya, dua dikembangkan di AS, dan masing-masing satu vaksin di Jerman dan Inggris.
Empat vaksin corona dari China adalah CanSino Biological Inc dan Beijing Institute of Biotechnology; Wuhan Institute of Biological Products dan Sinopham; dan Sinovac. Vaksin corona AS dikembangkan Inovio Pharmaceuticals dan Moderna. Inggris oleh University of Oxford dan Jerman oleh BioNTech menggandeng Fosun Pharma dan Pfizer.
Kandidat vaksin yang paling menjanjikan kini diproduksi oleh perusahaan farmasi AS, yakni Moderna. Vaksin tersebut dikabarkan menunjukkan hasil yang positif saat uji klinis terhadap 45 sukarelawan. Namun ada juga yang menganggap laporan tersebut hanyalah harapan semu.
Selain ribut soal corona, China dan AS juga sedang terlibat perselisihan teritorial dengan India, Jepang dan Vietnam di Laut China Selatan.
Dalam beberapa waktu terakhir, kedua negara saling meningkatkan kehadirannya di kawasan Laut China Selatan. AS terus menyiagakan kapal hingga pesawat militernya dengan klaim menjaga kebebasan kawasan, sementara China terus memperluas 'agresi' di perairan tersebut.
(hps/hps) Next Article Kado Natal Trump: AS-China Teken Damai Dagang Januari 2020?
Dalam pidatonya untuk Majelis Kesehatan Dunia (WHA), Xi mengatakan China sudah sangat transparan mengenai penyebaran virus tersebut. Ia juga menyatakan China telah melakukan segala daya dalam menolong negara lainnya.
"China selalu memiliki sikap terbuka, transparan dan bertanggung jawab," ujar Xi sebagaimana dikutip AFP awal pekan ini, Senin (18/5/2020).
Di kesempatan yang sama, Xi juga berjanji bakal memberikan vaksin COVID-19 kepada dunia, segera setelah ditemukan oleh para ilmuwan. Vaksin yang sukses dari China akan menjadi menjadi barang umum milik global, sehingga semua negara dapat mengaksesnya.
"Ini akan menjadi kontribusi China untuk memastikan aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin di negara-negara berkembang," katanya, dikutip dari The Strait Times. Xi pun akan memberi bantuan dana pada WHO hingga US$ 2 miliar.
Trump selalu menuding China gagal membendung wabah ini, sehingga penyakit tersebut menjadi pandemi yang menyebar secara global. Trump juga mengatakan ia memiliki bukti bahwa virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini berasal dari laboratorium virologi di Wuhan.
Wuhan sendiri adalah ibukota provinsi Hubei, China yang menjadi episentrum pertama penyebaran virus dari keluarga coronavirus pada Desember 2019 lalu.
Trump pun sempat berujar enggan berkomunikasi dengan Xi. Ia bahkan mengancam memutus hubungan dengan China, yang membuat global khawatir akan ancaman babak baru perang dagang.
Terlepas dari permasalahan tersebut, kedua negara kini tengah berpacu dengan waktu dan bahkan berlomba satu sama lain untuk segera menemukan vaksin virus corona yang efektif.
Dalam catatan World Health Organization (WHO), setidaknya kini ada 8 vaksin corona yang sedang diujicobakan ke manusia. Empat vaksin dikembangkan di China. Sisanya, dua dikembangkan di AS, dan masing-masing satu vaksin di Jerman dan Inggris.
Empat vaksin corona dari China adalah CanSino Biological Inc dan Beijing Institute of Biotechnology; Wuhan Institute of Biological Products dan Sinopham; dan Sinovac. Vaksin corona AS dikembangkan Inovio Pharmaceuticals dan Moderna. Inggris oleh University of Oxford dan Jerman oleh BioNTech menggandeng Fosun Pharma dan Pfizer.
Kandidat vaksin yang paling menjanjikan kini diproduksi oleh perusahaan farmasi AS, yakni Moderna. Vaksin tersebut dikabarkan menunjukkan hasil yang positif saat uji klinis terhadap 45 sukarelawan. Namun ada juga yang menganggap laporan tersebut hanyalah harapan semu.
Selain ribut soal corona, China dan AS juga sedang terlibat perselisihan teritorial dengan India, Jepang dan Vietnam di Laut China Selatan.
Dalam beberapa waktu terakhir, kedua negara saling meningkatkan kehadirannya di kawasan Laut China Selatan. AS terus menyiagakan kapal hingga pesawat militernya dengan klaim menjaga kebebasan kawasan, sementara China terus memperluas 'agresi' di perairan tersebut.
(hps/hps) Next Article Kado Natal Trump: AS-China Teken Damai Dagang Januari 2020?
Most Popular