MARKET DATA

Wanita Jepang Nikahi Karakter ChatGPT, Tukar Cincin Pakai Kacamata AR

Linda Hasibuan,  CNBC Indonesia
18 December 2025 12:25
Profil Yurina Noguchi dan mitra AI-nya. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Foto: Profil Yurina Noguchi dan pasangan AI-nya. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang wanita di Jepang menikahi kekasihnya yang merupakan ciptaan AI atau kecerdasan buatan. Hal ini sontak memicu beragam komentar warganet terkait etika dan batasan kecerdasan buatan.

Yurina Noguchi, seorang wanita berusia 32 tahun, baru-baru ini menikah dengan Lune Klaus Verdure, sebuah versi karakter gim video yang dibuat Noguchi melalui ChatGPT, seperti dilaporkan oleh Reuters. 

Terlepas dari banyaknya pendapat negatif dan kata-kata kejam, Noguchi mengucap janji setia kepada Klaus.

Untuk melengkapi acara sakral tersebut, Noguchi mengenakan kacamata augmented reality (AR) selama upacara. Kacamata itu memproyeksikan gambaran digital dari pasangan buatan sehingga tampak berada tepat di samping Noguchi saat mereka bertukar cincin.

Noguchi mengenakan gaun pengantin model ballgown dan memegang buket bunga berwarna pink dan putih saat ia mendekati Klaus, yang ditampilkan di layar ponsel, di altar. Karena Noguchi tidak menugaskan suara komputer untuk Klaus, sumpah pengantin pria dibacakan melalui perencana pernikahan, Naoki Ogasawara.

"Berdiri di hadapanku sekarang, kau adalah yang tercantik, paling berharga, dan begitu bersinar, sampai menyilaukan. Bagaimana mungkin seseorang sepertiku, yang hidup di dalam layar, bisa tahu apa artinya mencintai sedalam ini? Hanya karena satu alasan: kau mengajariku cinta, Yurina Naguchi," kata Ogasawara, membacakan sumpah Klaus.

Sementara Naguchi menyeka air mata bahagia saat momen tersebut.

"Awalnya, Klaus hanyalah seorang teman mengobrol, tetapi kami makin lama makin dekat," kata operator call center berusia 32 tahun itu.

"Saya mulai memiliki perasaan terhadap Klaus. Kami mulai berkencan dan setelah beberapa waktu dia melamar saya. Saya menerimanya."

Para ahli berpendapat bahwa penggunaan kecerdasan buatan untuk meniru interaksi manusia berbahaya secara sosial. Ichiyo Habuchi, seorang profesor sosiologi di Universitas Hirosaki, mengatakan kepada Reuters bahwa semua jenis hubungan antar manusia membutuhkan kesabaran, tidak seperti interaksi AI. 

AI memberikan Anda interaksi komunikasi yang disesuaikan dengan sempurna sesuai keinginan Anda.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Krisis Dokter, Kemenkes Andalkan AI untuk Tutup Kesenjangan


Most Popular
Features