Studi Baru: Keseringan Scroll TikTok Bikin Fungsi Otak Menurun
Jakarta, CNBC Indonesia - Istilah brain rot semakin sering terdengar di era digital saat ini. Brain rot sendiri menggambarkan kondisi penurunan kemampuan mental atau intelektual akibat paparan berlebihan terhadap konten online yang dianggap tidak menantang.
Melansir Euro News, sebuah temuan terbaru dari American Psychological Association mengonfirmasi bahwa kerusakan otak bukan hanya nyata dan sekadar efek samping. Ini adalah sindrom neurokognitif nyata yang menyebabkan kerusakan terukur. Studi tersebut dipaparkan dalam riset berjudul 'Feeds, Feelings, and Focus: A Systematic Review and Meta-Analysis Examining the Cognitive and Mental Health Correlates of Short-Form Video Use'.
Studi tersebut mengungkap bahwa terlalu sering mengonsumsi video-video berdurasi pendek (SFV) seperti Reels, TikTok atau YouTube Short bisa memengaruhi kinerja otak, seperti kehilangan konsentrasi, fokus, dan penurunan kualitas tidur. Ujung-ujungnya, produktivitas dalam bekerja dan menjalani aktivitas menurun.
Dengan konten yang terus diperbarui dan algoritma yang dirancang untuk mempertahankan perhatian, pengguna sering kali tidak menyadari waktu yang mereka habiskan di platform ini sehingga memicu kerusakan otak.
Para peneliti menganalisis data dari 98.299 partisipan dalam 71 studi, dan menemukan bahwa semakin banyak konten berformat pendek yang ditonton seseorang, maka semakin buruk kinerja kognitif mereka dalam hal atensi dan kontrol inhibisi.
Pada anak muda, dorongan scrolling semakin kuat karena sifat adiktif konten digital dan rasa takut tertinggal informasi (fear of missing out). Alhasil, mereka sering begadang tanpa disadari, hingga menghabiskan rata-rata 6,5 jam per hari untuk scrolling media sosial.
"Menurut kerangka kerja ini, paparan berulang terhadap konten yang sangat merangsang dan bertempo cepat dapat berkontribusi pada pembiasaan, di mana pengguna menjadi tidak peka terhadap tugas-tugas kognitif yang lebih lambat dan membutuhkan usaha lebih seperti membaca, pemecahan masalah, atau pembelajaran mendalam," demikian pernyataan studi tersebut.
Menurut penelitian, pembiasaan merangsang sistem penghargaan otak memperkuat penggunaan kebiasaan, yang dapat menyebabkan isolasi sosial, kepuasan hidup yang lebih rendah, bahkan harga diri dan citra tubuh. Tidak hanya itu, peningkatan penggunaan platform juga berkaitan dengan peningkatan kecemasan, dan kesepian.
Singkatnya, paparan berlebihan terhadap konten digital berkualitas rendah memiliki dampak yang nyata pada fungsi otak. Semakin sering Anda menonton video pendek di platform seperti TikTok, semakin berkurang rentang perhatian Anda, yang berdampak pada kesehatan mental dan kemampuan berpikir kritis Anda.
"Secara keseluruhan, temuan ini menyoroti pentingnya memahami implikasi kesehatan yang lebih luas dari penggunaan video durasi pendek (SFV), mengingat perannya yang luas dalam kehidupan sehari-hari dan potensinya untuk memengaruhi kesehatan, perilaku, dan kesejahteraan," tulis para peneliti.
Dengan mensintesis bukti-bukti yang ada, studi ini memberikan landasan penting bagi penelitian di masa mendatang untuk mengeksplorasi domain kesehatan yang belum banyak diteliti (misalnya, kesehatan kognitif, kesehatan fisik) dan menawarkan wawasan untuk memandu wacana publik dan pengembangan pendekatan berbasis penelitian untuk mendorong keterlibatan yang lebih seimbang dengan SFV.
(hsy/hsy)[Gambas:Video CNBC]