Viral Darah Menstruasi Jadi Masker Wajah, Ini Pembuktian Sains
Jakarta, CNBC Indonesia -Perawatan wajah dengan memakai darah menstruasi atau menstrual masking sebagai masker viral di media sosial hingga memicu kontroversi. Dipopulerkan dengan tagar #periodfacemask, tren ini telah ditonton miliaran kali. Di sebagian besar video, pengguna mengoleskan darah menstruasi selama beberapa menit sebelum membilasnya.
Meski demikian, belum ada aturan yang jelas terkait berapa banyak darah yang harus digunakan atau berapa lama harus didiamkan pemakaiannya. Sebagian orang menyebut praktik ini sebagai ritual spiritual yang menghubungkan mereka dengan tubuh dan kewanitaan leluhur mereka.
Lantas, apa kata sains?
Para pendukung masker dengan darah menstruasi sering berpendapat bahwa darah menstruasi mengandung sel punca, sitokin, dan protein yang dapat meremajakan kulit. Melansir Science Alert, hingga saat ini belum ada bukti klinis yang mendukung penggunaan darah menstruasi sebagai perawatan kulit. Namun, komposisi biologisnya telah menunjukkan ada potensi di balik darah yang sering dianggap kotor tersebut.
Sebuah studi menemukan bahwa plasma yang berasal dari cairan menstruasi dapat meningkatkan penyembuhan luka secara signifikan. Dalam uji laboratorium, luka yang diobati dengan plasma menstruasi menunjukkan perbaikan 100% dalam 24 jam dibandingkan dengan 40% yang menggunakan plasma darah biasa.
Regenerasi yang luar biasa ini diduga terkait dengan protein unik dan molekul bioaktif dalam cairan menstruasi.
Para peneliti kini sedang mengeksplorasi apakah cairan menstruasi sintetis dapat membantu mengobati luka kronis.
Risiko pakai darah menstruasi sebagai masker
Beberapa pendukung masker wajah dengan darah haid menyamakan praktik ini dengan "vampire facial" yakni prosedur kosmetik yang dipopulerkan oleh selebritas seperti Kim Kardashian. Kenyatannya, vampire facial menggunakan plasma kaya trombosit (PRP) yang diekstrak dari darah pasien sendiri dan disuntikkan ke wajah.
Namun, para ahli memperingatkan agar tidak membandingkan PRP dengan darah menstruasi. Cairan menstruasi adalah campuran darah yang kompleks, jaringan endometrium (lapisan rahim) yang telah terlepas, sekresi vagina, hormon, dan protein.
Saat melewati saluran vagina, cairan ini dapat mengandung bakteri dan jamur, termasuk Staphylococcus aureus, mikroba umum yang biasanya hidup di kulit tetapi dapat menyebabkan infeksi jika masuk ke luka atau pori-pori. Terdapat pula risiko penularan infeksi menular seksual (IMS) ke kulit.
Sebaliknya, PRP disiapkan dalam kondisi steril. Selama perawatan PRP, darah diambil dan diputar dalam centrifuge untuk memisahkan lapisan kaya trombosit, yang kemudian disuntikkan ke dalam kulit menggunakan jarum halus.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luna Maya Ungkap Rahasia Awet Muda & Kulit Glowing di Usia 41 Tahun