Jurus Mendikdasmen Tingkatkan Kualitas Guru, Perbanyak Beasiswa

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
29 October 2025 14:45
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti saat menyampaikan paparan dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti saat menyampaikan paparan dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti memastikan pemerintah akan terus berupaya meningkatkan kualitas guru. Sebab, ada setidaknya 200 ribu guru yang belum lulus D4 dan S1.

Oleh karena itu, menurut Mu'ti, mulai tahun ini ada beasiswa diberikan kepada guru. Dia memerinci ada 12.500 guru yang mendapatkan beasiswa Rp 3 juta per semester.

"Sedangkan tahun depan, dialokasikan 150 ribu guru untuk mendapatkan beasiswa dan dananya sudah dialokasikan dalam APBN 2026," ungkap dia dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).



Mu'ti juga memastikan pelatihan untuk guru ke depan akan berkesinambungan. Bahkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) BOS boleh digunakan untuk peningkatan kualitas guru.

"Ada pelatihan-pelatihan yang difasilitasi di Balai Guru agar guru-guru ke depan bisa meningkat kualitasnya dan kesejahteraannya," tegas Mu'ti.

Selain itu, dia mengatakan Kemendikdasmen terus berupaya memperluas pelayanan pendidikan dengan memperbanyak pendidikan non-formal.

"Ada anak-anak yang tidak bisa ke sekolah formal karena harus membantu orang tua bekerja. Salah satunya di Lampung yang membantu ibu dan tiga adiknya," jelas dia .

Menurut Mu'ti, angka putus sekolah tidak selalu disebabkan karena masalah ekonomi. Namun ada juga masalah kultural, seperti pernikahan dini.

Masih ada anggapan budaya di beberapa daerah, jika tidak menikah segera disebut perawan tua, dan setelah sekolah mereka tidak lagi sekolah formal. Oleh karena itu, menurut Mu'ti, pembelajaran jarak jauh bisa menjadi jawaban karena bisa fleksibel dan menjangkau lebih banyak lagi.

"Misalnya seperti untuk anak-anak pekerja migran di Malaysia, mereka bisa belajar dengan pendidikan Indonesia dan ijazahnya juga diakui. Karena itu, maka pendekatan-pendekatan learning ini diperluas, karena kalau hanya schooling bisa menimbulkan masalah," jelas Mu'ti.

Ditambah lagi dengan luasnya wilayah Indonesia, misalnya di Maluku Tenggara dengan banyaknya pulau-pulau kecil yang menurut Mu'ti, secara ekonomi tidak visible untuk membangun sekolah. Oleh karena itu dilakukan sekolah satu atap tiga jenjang yang modulnya dikirimkan dan pembelajaran dengan cara terbuka.

Adapun secara infrastruktur, Mu'ti menjelaskan bahwa pemerintah terus mendukung dan berpartisipasi serta tentunya didukung oleh masyarakat.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular