
Dokter Anak Desak Evaluasi Total MBG, Ini Penjelasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendesak evaluasi menyeluruh program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan yang menimpa hampir 6.000 anak. IDAI menegaskan, pola kejadian massal dalam waktu berdekatan menunjukkan keracunan makanan, bukan alergi.
"Bagi kami, satu korban anak keracunan itu sudah sesuatu yang besar, apalagi ribuan. Cukup, 6.000 anak menjadi korban, setop, jangan ada lagi," tegas Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) dalam media briefing secara daring, Kamis (25/9/2025) sore .
Ia menjelaskan, alergi bersifat individual dan biasanya hanya mengenai sedikit anak. Sebaliknya, keracunan makanan menyerang banyak anak serentak setelah mengonsumsi menu yang sama.
Piprim menyoroti Rancangan Makanan Tambahan di Malaysia yang berjalan sejak 1979, awalnya menyasar pelajar miskin dan anak disabilitas, lalu diperluas pada 2019 untuk kelompok sangat miskin, anak disabilitas, dan komunitas adat. Dampaknya, kata ia, jelas perbaikan nutrisi dan capaian akademik.
Ia menilai, MBG di Indonesia bisa memantik CSR perusahaan untuk memperkuat akses pangan bergizi terutama di wilayah 3T, namun eksekusinya wajib aman pangan. IDAI pun menekankan keamanan pangan sama pentingnya dengan gizi.
IDAI mendorong Gerakan Sekolah Sehat dioperasionalkan sungguh-sungguh seperti inspeksi kantin, cuci tangan pakai sabun, edukasi guru dan petugas kantin. Namun, pengawasan sekolah harus didahului pelatihan yang memadai.
Piprim mengatakan, harus ada evaluasi total tata kelola MBG dengan standar keamanan pangan yang mengikat (SOP suhu, distribusi, logistik dingin, pengawasan mutu). Pelatihan wajib bagi seluruh rantai pelaksana (dapur, katering, kantin, sekolah, puskesmas), termasuk protokol KLB.
Skema bertahap & terarah (prioritas rentan/3T) sambil memperkuat CSR yang sesuai standar. Dashboard transparan pelaporan insiden dan audit keamanan pangan juga penting dilakukan.
"Programnya baik dan mulia. Yang harus dibereskan teknis di lapangan agar tujuan tercapai tanpa menambah beban penyakit," kata Piprim.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
