Fenomena 'Bau Hantu': Mengenal Phantosmia dan Cara Mengatasinya

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
19 September 2025 10:40
German Minister of Education and Research Anja Karliczek testing her sense of smell during an information visit about coronavirus research at the German Center for Neurodegenerative Diseases (DZNE) in Bonn, Germany, Monday, May 18, 2020. (AP Photo/Martin Meissner, Pool)
Foto: Ilustrasi orang mencium bau. (AP/Martin Meissner)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pernahkah Anda mencium bau padahal tidak ada sumbernya? Kondisi ini disebut phantosmia, atau halusinasi penciuman, yang kerap dijuluki masyarakat sebagai fenomena bau hantu.



Menurut dr. Laila Syifa dari Hello Sehat, phantosmia membuat seseorang mendeteksi aroma tertentu meski benda atau sumber bau tidak ada di sekitar. Tapi, bau yang tercium tidak selalu busuk.

"Bisa berupa wangi parfum atau aroma lain, ada yang menetap saat berjalan, ada juga yang hanya tercium sebentar lalu hilang," jelasnya.

dr. Laila Syifa menjelaskan, ada dua penyebab utama phantosmia, yaitu gangguan saraf di otak, misalnya akibat cedera kepala. Yang kedua, infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek.

Selain itu, phantosmia juga bisa dialami oleh penderita kondisi medis tertentu, antara lain radang sinus, polip hidung, epilepsi, tumor otak, hingga depresi. Phantosmia umumnya bukan penyakit serius. Gejalanya sering kali hilang sendiri dalam beberapa minggu hingga bulan. Namun, jika sangat mengganggu aktivitas, pasien disarankan untuk berkonsultasi ke dokter.

"Langkah awal biasanya dengan membilas hidung menggunakan larutan saline (air garam) untuk mengurangi sumbatan," kata dr. Syifa.

Jika keluhan tak kunjung reda, dokter dapat meresepkan obat untuk meringankan gejala. Meski tidak membahayakan jiwa, phantosmia bisa menurunkan kualitas hidup jika dibiarkan.

"Jika gejala terus berulang atau disertai kondisi lain, sebaiknya segera periksa medis," tegas dr. Syifa.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular